Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) menilai terdapat sejumlah tantangan untuk membangun budaya sadar risiko di masyarakat Indonesia.
Ketua Masindo, Dimas Syailendra Ranadireksa, mengatakan penyebab utamanya antara lain kebiasaan mengesampingkan risiko, kurangnya pengetahuan, hingga misinformasi dalam kehidupan sehari-hari.
“Bertepatan dengan satu tahun kehadiran Masindo di Indonesia, kami akan memasyarakatkan konsep sadar risiko melalui edukasi, diskusi publik, advokasi media, kajian, dan informasi berbasis bukti ilmiah,” kata Dimas dalam keterangannya, Sabtu (17/12/2022).
Dia mencontohkan masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan helm saat berkendara. Padahal, helm diciptakan untuk melindungi diri dari berbagai risiko.
Tak hanya itu, masih banyak juga orang yang memiliki kebiasaan merokok, meski mereka tahu bahwa merokok itu berbahaya.
Sementara telah hadir produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, yang menerapkan konsep pengurangan risiko, bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan untuk berhenti merokok.
Baca Juga
Menurutnya, perlu adanya kolaborasi aktif bagi seluruh pemangku kepentingan untuk menyebarluaskan informasi dan mengedukasi mengenai konsep sadar risiko.
Masindo mengadakan perayaan “Hari Sadar Risiko Nasional 2022” pada Kamis (15/12/2022), di Jakarta. Kegiatan ini menjadi momentum untuk mengajak para pemangku kepentingan di sektor kesehatan, ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya, dalam menyebarluaskan konsep sadar risiko bagi masyarakat.
Badan Riset dan Inovasi Nasional turut mendukung penerapan budaya risiko. Inspektur I BRIN, Arief Hadianto mengatakan semua aktivitas memiliki risiko. BRIN membentuk pedoman manajemen risiko yang disosialisasikan kepada seluruh unit melalui satuan tugas.
“Semua organisasi harus punya budaya sadar risiko. Kenapa perlu membangun budaya risiko? Karena risiko ini tidak terduga sehingga kesadaran terhadap risiko harus ditingkatkan,” kata Arief.
Budaya sadar risiko juga perlu dapat diimplementasikan dalam pengelolaan keuangan. Founder sekaligus CEO QM Financial, Ligwina Hananto, mengingatkan pentingnya sadar risiko dalam hal finansial. Dengan begitu, masyarakat dapat mengelola keuangan dan terhindar dari penipuan.