Bisnis.com, SOLO - Presiden Prancis Emmanuel Macron dibuat geram dengan serangan yang diluncurkan Rusia ke Ukraina belakangan ini.
Kremlin meluncurkan rentetan rudal baru ke Ukraina pada hari Jumat, 16 Desember 2022 waktu setempat.
Ledakan terdengar di kota timur Kharkiv dan objek serangan Rusia masih sama yakni infrastruktur kritis di Ukraina.
Emmanuel Macron menganggap jika serangan demi serangan yang diluncurkan Rusia sejak Oktober 2022 lalu tersebut sebagai salah satu kejahatan perang.
Apalagi, ini adalah serangan terburuk Rusia ke wilayah Ukraina sejak invasi mereka Februari 2022 lalu.
"Masalah paling mendesak hari ini adalah terus menyerukan gencatan senjata atas pengeboman dan serangan pesawat tak berawak," kata Macron pada konferensi pers setelah pertemuan puncak di Brussel pada Kamis.
"Saya bermaksud untuk membahas masalah ini dengan Putin, karena jelas serangan ini. Beberapa di antaranya adalah kejahatan perang, mereka (menargetkan) infrastruktur sipil dan warga sipil itu sendiri," ia menambahkan.
Dilansir dari Al-Arabiya, Macron berencana untuk memeringatkan Vladimir Putin dan meminta tanggung jawab kepada Presiden Rusia tersebut soal serangan yang dibuat militernya.
Akan tetapi, Macron tak mau sendiri. Presiden Prancis mengatakan dia berharap "beberapa kekuatan, China, India, dan lainnya" akan bergabung dalam kampanye tekanan terhadap Rusia.
Meski demikian, beberapa negara yang dicolek Macron belum memberikan respons terkait hal ini.
Sejauh ini, baru Kamboja yang mengatakan siap membantu Macron melayangkan protes kepada Vladimir Putin.
Perdana menteri Kamboja dan ketua blok regional ASEAN saat ini, Hun Sen, sudah mengatakan bergabung dengan Macron.
Hun Sen sepakat mendesak penghentian segera serangan udara dan pesawat tak berawak terhadap penduduk sipil dan infrastruktur.