Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

159 Anak Meninggal Gara-Gara Obat, DPR Cecar Kemenkes dan BPOM

Anggota Komisi IX Fraksi PKS Netty Prasetiyani mengaku heran dengan Menkes Budi yang mengatakan kejadian gagal ginjal akut pada anak sudah terjadi pada Januari.
Menkes Budi Gunadi Sadikin/ Humas Setkab/Rahmat
Menkes Budi Gunadi Sadikin/ Humas Setkab/Rahmat

Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI ramai-ramai mengkritik pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengenai kasus gagal ginjal akut yang menyebabkan 159 anak meninggal dunia.

Misalnya, Aliyah Mustika Ilham, Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Demokrat yang mengatakan pemerintah telah lalai dan tidak serius menangani masalah tersebut. Buktinya, kata dia pada 17 oktober 2022 Kemenkes tidak memiliki data kasus ginjal pada anak.

“Kelemahan data menyebabkan kesulitan menentukan penyebab masalah. Ini yang menjadi lamban menangani masalah sirop yang menyebabkan gagal ginjal anak. Juga karena kelalaian BPOM mengawasi obat dan Kemenkes yang mengumpulkandata pasien berimplikasi jatuhnya korban,” ujarnya saat Raker bersama Kemenkes dan BPOM di Gedung Nusantara 1 DPR RI, Rabu (2/11/2022).

Senada, Irma suryani dari Fraksi NasDem mengkritik langkah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang langsung mengimpor obat untuk menanggulangi gagal ginjal anak. Nama obat tersebut Fomepizole yang didatangkan dari berbagai negara, di antaranya Australia, Singapura, Amerika dan Jepang .

Masalahnya, ujar Irma, Kemenkes dan BPOM masih belum pasti dalam mengungkap penyebab gagal ginjal anak.

“Penyebab kasusnya belum ditemukan kok sudah beli obat. Terus sudah ngomong lagi dari Singapura, dari sini, dari sini. Aduuh. Tolong Pak. kita mesti memberikan empati kepada korban. Kemenkes dan BPOM kan sama sama mengatakan belum ditemukan penyebab utamanya,” ujar Irma dalam kesempatan tersebut.

Sementara itu, Anggota Komisi IX Fraksi PKS Netty Prasetiyani mengaku heran dengan Menkes Budi yang mengatakan kejadian gagal ginjal akut pada anak sudah terjadi pada Januari 2022. Namun, Menkes tidak melaporkan ke publik, terkhusus ke DPR di dalam rapat-rapat.

“Saya khawatir, Ibu dan Bapak ini mengaggap remeh kasus. Jangan sampai kematian itu dianggap biasa. Sungguh ini bencana kemanusiaan,” ujarnya.

Selain itu, Netty menyoroti kinerja Kemenkes yang sampai saat ini belum memastikan dengan pasti penyebab gagal ginjal anak. Padahal, gangguan kesehatan relatif bisa lebih cepat diagnosanya dibanding masalah-masalah sosial.

“Tinggal periksa lab-nya, otopsi korbannya. Apakah 325 pasien sudah ditanyakan, sudah dilakukan penelitian, mereka sudah mengonsumsi 8 obat yang melampaui batas aman itu? Kalau Cuma 100, yang 200-nya kenapa. Ini tidak jelas sampai sekarang,” ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper