Bisnis.com, JAKARTA - Luiz Inácio Lula da Silva alias Lula, Mantan presiden sayap kiri Brasil, berhasil memenangkan pemilu setelah mengalahkan petahana sayap kanan Jair Bolsonaro.
Pemilu kali ini, yang mempertemukan Lula dan Bolsonaro, merupakan salah satu pemilu paling signifikan dan menyakitkan dalam sejarah Brasil.
Dikutip dari The Guardian pada Senin (31/10/2022), setelah proses hitung cepat 99 suara, Lula yang juga mantan pekerja pabrik yang menjadi Presiden Brasil tepat 20 tahun yang lalu, telah mendapatkan 50,8 persen suara. Bolsonaro, Presiden pertahana, tercatat mendapatkan 49,1 persen suara.
Beberapa jalan di Paulista Avenue, salah satu arteri utama kota Brasilia, dipenuhi pendukung Lula yang yang gembira berkumpul untuk merayakan kemenangan dan kejatuhan Bolsonaro.
Pendukung Lula mengatakan era kepemimpinan Bolsonaro menghasilkan tragedi lingkungan dan menyaksikan hampir 700.000 orang Brasil meninggal karena Covid.
“Mimpi kami menjadi kenyataan. Kita harus bebas. Brasil berada di tempat yang sangat berbahaya dan sekarang kami mendapatkan kembali kebebasan kami. Empat tahun terakhir sangat mengerikan," kata Joe Kallif, seorang aktivis sosial berusia 62 tahun dikutip dari The Guardian,
Gabrielly Soares, seorang siswa berusia 19 tahun, melompat kegirangan saat dia memperingati kemenangan dekat seorang pemimpin yang kebijakan sosialnya membantunya mencapai pendidikan universitas.
“Saya merasa sangat bahagia. Selama empat tahun era kepemimpinan Bolsonaro, saya melihat keluarga saya tergelincir ke belakang dan di bawah Lula mereka berkembang,” katanya.
Pendukung Lula yang gembira dan menangis, yang mendapatkan lebih dari 59 juta suara dibandingkan 57 juta Bolsonaro, memeluk dan melemparkan kaleng bir ke udara.
“Bolsonaro … adalah orang jahat. Dia tidak menunjukkan setetes empati atau solidaritas untuk orang lain. Tidak mungkin dia bisa terus menjadi presiden Brasil," ujar Soares, warga pendukung Lula.