Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Kepolisian Daerah alias Kapolda Jatim Nico Afinta sedang disorot banyak lampu. Sosok kelahiran 30 April 1971 tersebut belakangan “dirujak” warganet di jejaring sosial lantaran komentar kontroversialnya atas Tragedi Kanjuruhan, yang menewaskan sekurangnya 125 suporter usai laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/2022).
Nico panen kritik pedas karena menyebut penembakan air mata yang dilakukan aparat saat pecahnya kericuhan usai pertandingan sebagai hal wajar. Tindakan itu diklaim sesuai prosedur, meski di sisi lain bertentangan dengan regulasi federasi sepakbola internasional FIFA.
Nico, dalam hipotesisnya, kemudian meyakini bahwa jatuhnya ratusan korban jiwa bukan disebabkan langsung oleh gas air mata. Melainkan karena proses penumpukan di pintuk keluar saat suporter panik dan menghambur ke luar stadion.
“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen,” ujarnya.
Lantas, bagaimana sepak terjang Nico sebelumnya?
EKS KAPOLDA KALSEL
Menurut penelusuran Bisnis, Nico resmi menjabat sebagai Kapolda Jatim per 16 November, menggantikan Muhammad Fadil Imran.
Baca Juga
Sebelum menjadi polisi nomor satu di Jawa Timur, Nico juga sempat menempati pucuk pimpinan kepolisian daerah. Tepatnya, dia menjadi Kapolda Kalimantan Selatan (Kalsel). Namun, predikat ini hanya dia sandang sekitar 6 bulan, tepatnya dari Mei hingga November 2020.
Sementara sebelum mengepalai kepolisian Kalsel, Nico adalah Staf Ahli Sosial Politik Kapolri. Jabatan ini dia sandang sejak November 2019.
ALMAMATER & KARIER
Terpilihnya Nico sebagai staf ahli di bidang sosial politik tidak lepas dari latar belakang pendidikannya. Sekitar 9 tahun sejak lulus dari Akademi Kepolisian 1992, alias pada 2001, dirinya meraih gelar S1 dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Niko kemudian mendapat gelar magister dan doktor pada bidang hukum di tahun 2010 dan 2016. Keduanya didapat dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Adapun, di tengah usahanya meraih ijazah tersebut, Nico juga sempat menduduki beberapa posisi prestisius. Mulai dari Kapolsek Metro Ciputat Jakarta Selatan (2000), Kepala Unit Ekonomi Ditreskrim Polda Jawa Tengah (2003), Kapolrestabes Medan (2013).
Sejak 2016, sebelum akhirnya pindah ke Kalsel, Nico beberapa tahun diputar pada beberapa jabatan di wilayah ibu kota. Mulai dari Direktur Resnarkoba Polda Metro Jaya, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, hingga Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut riwayat jabatan yang pernah diemban Nico:
- Pamapta Poltabes Semarang Polda Jateng (1993)
- Kanit Poltabes Semarang Polda Jateng (1994)
- Danton Taruna Akpol (1996)
- Danki Taruna Akpol (1997)
- UN IPTF Pas PBB XIV Bosnia Herzegovina (1997-1998)
- Kapolsek Metro Ciputat Polres Metro Jaksel Polda Metro Jaya (2000)
- Kanit Ekonomi Ditreskrim Polda Jawa Tengah (2003)
- Wakasat Reskrim Polwiltabes Semarang Polda Jateng (2004)
- Kanit SDA dan Lingkungan Ditreskrimsus Polda Metro Jaya (2006)
- Kasubdit V/Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya (2006)
- Kasubdit III/Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya (2008)
- Wadirreskrimum Polda Metro Jaya (2011)
- Kapolrestabes Medan Polda Sumut (2013)
- Kabagbindik Sespimma Sespim Lemdiklat Polri) (2015)
- Anjak Madya Bid. Pidum Bareskrim Polri) (2016) (Dalam Rangka Pendidikan Sespimti Sespim Lemdiklat Polri)
- Dirresnarkoba Polda Metro Jaya (2016)
- Dirreskrimum Polda Metro Jaya (2017)
- Karobinopsnal Bareskrim Polri (2018)
- Dirtipidum Bareskrim Polri (2019)
- Sahlisospol Kapolri (2019)
- Kapolda Kalimantan Selatan (2020)
- Kapolda Jawa Timur (2020 - sekarang)
DUGAAN SOAL SAMBO
Patut digarisbawahi jika Tragedi Kanjuruhan bukanlah peristiwa pertama yang bikin Nico jadi bulan-bulanan warganet. Sebelumnya, dirinya juga sempat lantaran dugaan hubungannya dengan kasus Ferdy Sambo.
Dilansir dari Tempo, Nico diduga terlibat setelah dia bertemu dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran dan Kapolda Sumatera Utara Irjen R.Z. Panca Putra Simanjuntak. Dalam pertemuan tersebut, ketiganya disebut bersekongkol dan berbagai tugas untuk menyebarkan "informasi palsu" soal pembunuhan Ferdy Sambo.
Nico diduga membagi tugas dengan dua rekannya untuk menyebarkan informasi tembak-menembak dan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J.
“Nico dan Panca bertugas melobi para pejabat utama Polri, seperti Komisaris Jenderang Agung Budi Maryanto dan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderas Agus Andianto," tulis Majalah Tempo pada Sabtu (3/9/2022).
Ketiga petinggi tersebut akan diperiksa mengenai keterkaitannya dalam membantu Ferdy Sambo.
"Menurut seorang perwira, mereka meminta para seniornya itu tak terlalu ‘kecang’ mengusut kematian Yosua,” lanjut laporan tersebut.