Bisnis.com, JAKARTA - Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyarankan agar persediaan vaksin monkeypox atau cacar monyet dapat didesentralisasikan di tingkat Dinas Kesehatan (dinkes). Mereka juga berharap penyaluran didahulukan kepada wilayah dengan catatan kasus cacar monyet tertinggi di Indonesia.
Satgas Monkeypox PB IDI Hanny Nilasari menjelaskan, rekomendasi tersebut dicetuskan setelah ada informasi soal keterbatasan produksi vaksin cacar monyet di dunia. Hanny menerangkan, jika kewenangan dipusatkan di tingkat daerah, vaksin cacar monyet dapat lebih cepat diberikan ke kelompok prioritas.
Namun, dia menekankan bahwa alur permintaan vaksin cacar monyet, yang diajukan oleh masing-masing dinkes, harus sesuai dengan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
"Harus mendapat rekomendasi dari Kemenkes. Jadi artinya semua vaksin dan obat yang keluar harus tercatat dan dipantau terkait penggunaannya. Apakah ada efek samping terhadap pasien yang diberikan obat tersebut," jelas Hanny dalam konferensi pers virtual Satgas Monkeypox PB IDI, Rabu (21/9/2022).
Lebih lanjut, terkait jenis vaksin cacar monyet yang dapat digunakan, Satgas menyarankan jenis vaksin Modified Vaccinia Ankaria-Bavarian Nodic (MVA-BN) generasi ketiga. Adapun, MVA disebutkan sebagai strain virus vaccinia yang telah dilemahkan. Jenis tersebut biasanya digunakan dalam pembuatan vaksin smallpox (cacar) dan yang terbaru pada vaksin cacar monyet jenis Jynneos di Amerika Serikat (AS).
Sekadar informasi, pemerintah melalui Kemenkes sebelumnya telah memesan 2.000 vaksin cacar monyet dari Perusahaan Bavarian Nordic, Denmark pada akhir Agustus 2022. Pengiriman vaksin tersebut dikabarkan mulai dilakukan pada akhir Oktober mendatang.
Baca Juga
"Vaksin monkeypox lagi dipesan, Indonesia kan pesan 2.000 vaksin dari Denmark. Kita datangkan 1.000 dulu, sepertinya pada akhir Oktober," terang Nadia ketika ditemui di Gedung Nusantara I DPR/MPR, Selasa (20/9/2022).
Perkembangan Kasus Cacar Monyet
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan 61.282 kasus monkeypox atau cacar monyet yang teridentifikasi di 104 negara hingga 16 September 2022.
Mengacu pada data yang dikeluarkan oleh CDC itu, 102 negara yang telah melaporkan kasus cacar monyet ini terdiri dari 95 negara nonendemik dan 7 lainnya yang menjadi negara endemik cacar monyet. Adapun hal ini mengartikan bahwa temuan kasus cacar monyet hingga saat ini masih didominasi oleh negara nonendemik, dengan total sebanyak 60.703 kasus.
Amerika Serikat tercatat sebagai negara dengan kasus terbanyak yakni 23.116, lalu Spanyol menyusul dengan 6.947 kasus, Brasil 6.448 kasus, Prancis 3.898, Jerman 3.556, Inggris 3.552, Peru 2.015, Kanada 1.363, Kolumbia 1.260, dan Belanda 1.209 kasus.
Sementara itu, di Indonesia tercatat dugaan kasus monkeypox mencapai 66 kasus. Dari total tersebut hanya 1 kasus terkonfirmasi positif, 2 kasus suspek, dan 63 kasus discarded.
"Ada 18 orang dengan kasus discarded memiliki diagnosis klinis cacar air atau varicella," ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril beberapa waktu lalu.
Syahril menambahkan, kasus pertama orang yang terkonfirmasi monkeypox pada 19 Agustus 2022 kemudian dilakukan isolasi mandiri di rumah karena gejalanya ringan.
"Pada 4 September dinyatakan selesai isolasi dan sekarang sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasanya," ujarnya, Jumat (16/9/2022).