Bisnis.com, SOLO - Rusia dikabarkan melakukan langkah mengejutkan seiring semakin menegangnya hubungan Kremlin dengan Eropa.
Bagaimana tidak, saat AS sedang berusaha membeli 2.500 jet tempur siluman F-35 tercanggih di dunia, Rusia malah beli artileri dan roket dari Korea Utara.
Laporan media Barat menyebut bahwa sanksi global telah membatasi rantai pasokan mereka dan memaksa Moskow beralih ke negara-negara paria untuk pasokan militer.
Laporan tersebut disimpulkan hanya berselang beberapa hari setelah Rusia menerima kiriman drone buatan Iran.
Pejabat pemerintah AS mengatakan keputusan Rusia untuk beralih ke Iran, dan sekarang Korea Utara, adalah tanda bahwa sanksi dan kontrol ekspor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan Eropa mengganggu kemampuan Moskow untuk mendapatkan pasokan bagi tentaranya.
Memang, Korea Utara baru saja melakukan uji coba rudal terjauh mereka sejak 10 tahun belakangan ini. Bahkan, media Korea Utra juga mengklaim jika ini rudal terbaik sejauh ini.
Meski demikian, Rusia wajib waspada, sebab ini adalah Korea Utara yang merupakan negara "seribu rahasia".
“Kremlin harus waspada bahwa mereka harus membeli apa pun dari Korea Utara,” kata Mason Clark, yang memimpin tim Rusia di Institute for the Study of War.
Tak ada berteknologi tinggi di Korea Utara
Baik Iran dan Korea Utara sebagian besar terputus dari perdagangan internasional berkat sanksi Amerika dan internasional.
Setiap kesepakatan untuk membeli persenjataan dari Korea Utara akan menjadi pelanggaran terhadap resolusi PBB yang bertujuan untuk membatasi proliferasi senjata dari Pyongyang.
Namun, tidak jelas seberapa besar hubungan pembelian dari Korea Utara dengan kontrol ekspor.
Yang menarik, seorang ahli militer di American Enterprise Institute, Frederick W. Kagan, menyebut jika tidak ada alat yang berteknologi tinggi dalam peluru artileri 152 milimeter atau roket gaya Katyusha yang diproduksi Korea Utara.
Seorang pejabat AS mengatakan kesepakatan baru dengan Korea Utara menunjukkan keputusasaan di Moskow.