Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Joe Biden mengumumkan bantuan senilai hampir US$3 miliar dalam bentuk bantuan militer baru ke Ukraina, termasuk rudal antipesawat, senjata artileri, pertahanan kontra-drone, dan peralatan radar.
Bantuan ini adalah tahap terbesar dari bantuan militer AS hingga saat ini sehingga lebih dari 13 miliar dolar AS dari total yang telah dipasok atau dijanjikan AS ke Kyiv di bawah pemerintahan Biden. Namun, peralatan baru itu akan dipesan dari sejumlah produsen pertahanan dengan masa pengiriman jangka panjang.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa bantuan itu mewakili investasi jangka panjang dalam keamanan Ukraina.
Adapun, paket baru itu diumumkan pada hari kemerdekaan Ukraina atau menjelang serangan balasan Ukraina terhadap wilayah yang diduduki Rusia.
"Amerika Serikat berkomitmen untuk mendukung rakyat Ukraina saat mereka melanjutkan perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan mereka," kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (25/8/2022).
Dia menambahkan, sebagai bagian dari komitmen itu akan disediakan melalui program Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina.
Baca Juga
"Bantuan itu akan memungkinkan Ukraina untuk memperoleh sistem pertahanan udara, sistem artileri dan amunisi dan sistem udara tak berawak. Begitu juga dengan radar untuk memastikannya dapat terus mempertahankan diri dalam jangka panjang," ungkapnya.
Sistem pertahanan drone Vampire baru buatan AS yang menggunakan rudal kecil untuk melawan pesawat tak berawak, sangat diperlukan oleh Ukraina.
Pasalnya, pasukan Rusia telah memperluas penggunaan drone setelah mendapatkan bantuan dari Iran.
AS juga mengirimkan enam National Advanced Surface to Air Missile Systems (Nasams), sebuah rudal antipesawat buatan Norwegia-AS, sehingga total yang dijanjikan menjadi delapan unit.
Sementara itu, senjata lain yang termasuk dalam paket itu adalah 245.000 butir amunisi artileri 155mm hingga 65.000 butir amunisi mortir 120mm serta dua lusin radar kontra artileri dan drone Puma.
"Paket kemampuan ini benar-benar ditujukan agar Ukraina mendpatkan apa yang akan mereka butuhkan dalam jangka menengah hingga panjang," ujar Colin Kahl, kepala kebijakan Pentagon.