Bisnis.com, JAKARTA - Cendekiawan muslim populis Irak Muqtada al-Sadr mendesak para pendukungnya untuk melanjutkan aksi duduk di gedung parlemen di Baghdad sampai tuntutannya membubaran parlemen dan pemilihan umum lebih awal dipenuhi.
Tuntutan tersebut, yang disampaikan oleh pemimpin muslim Syiah itu dalam pidato yang disiarkan televisi dari Najaf kemarin, akan memperpanjang kebuntuan politik yang telah membuat Irak tanpa pemerintahan terpilih selama hampir 10 bulan.
Ribuan pengikut Al-Sadr menyerbu Zona Hijau yang dibentengi di Baghdad. Zona itu menampung gedung-gedung pemerintah dan kedutaan besar asing.
Mereka pekan lalu mengambil alih gedung parlemen yang kosong dengan aksi duduk yang terus berlanjut. Pendukung Al-Sadr telah mendirikan sebuah perkemahan dengan tenda dan warung makan di sekitar parlemen.
Langkah tersebut merupakan tanggapan terhadap upaya saingan muslim Syiah-nya, yang banyak di antaranya dekat dengan Iran, untuk membentuk pemerintahan dengan calon perdana menteri yang tidak disetujui oleh Al-Sadr.
Al-Sadr memenangkan jumlah kursi terbesar di parlemen dalam pemilihan Oktober, tetapi gagal membentuk pemerintahan yang akan mengecualikan saingannya yang didukung Iran.
Baca Juga
Dia menarik anggota parlemennya dari parlemen dan sebaliknya menerapkan tekanan melalui protes dan duduk di parlemen, sehingga menarik basis pendukungnya dari jutaan kelas pekerja Syiah Irak.
Al-Sadr menegaskan kembali dalam pidatonya bahwa dia siap untuk “syahid” untuk tujuannya.
“Bubarkan parlemen dan adakan pemilihan umum awal,” kata Al-Sadr seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (4/8/2022).
Al-Sadr, yang pernah memimpin milisi anti-AS dan memiliki jutaan pengikut setia, mencatat dalam pidatonya bahwa dia juga “tidak tertarik” untuk bernegosiasi dengan saingannya.
“Jangan percaya rumor, saya tidak ingin dialog,” kata Al-Sadr.