Bisnis.com, JAKARTA - Produsen gas Rusia Gazprom menyatakan berhenti mengirim gas ke Latvia setelah menuduhnya melanggar perjanjian pasokan, sebuah langkah yang disebut Baltik itu akan berdampak ringan pada pasokan gasnya.
Rusia telah memutuskan pasokan gas ke Polandia, Bulgaria, Finlandia, Belanda dan Denmark sebelumnya, akibat menolak untuk membayar gas sesuai dengan perintah Presiden Vladimir Putin yang mengharuskan rekening rubel dibuat di bank Rusia.
Rusia juga telah menghentikan penjualan gas ke Shell Energy Europe di Jerman.
Dalam sebuah pernyataannya, Gazprom tidak memerinci perjanjian pasokan gas mana yang diduga dilanggar oleh Latvia, anggota aliansi militer Uni Eropa dan NATO yang berbatasan dengan Rusia.
Edijs Saicans, Wakil Sekretaris Negara untuk Kebijakan Energi di Kementerian Ekonomi Latvia, mengatakan langkah Gazprom akan berdampak kecil mengingat Latvia telah memutuskan untuk melarang impor gas Rusia mulai 1 Januari 2023.
"Kami tidak melihat dampak besar dari langkah seperti itu," katanya seperti dikutip Aljazeera.com, Senin (1/8/2022).
Baca Juga
Pengumuman Gazprom keluar sehari setelah perusahaan energi Latvijas Gaze mengatakan mereka membeli gas dari Rusia dan lebih memilih membayar dalam euro daripada rubel yang diperlukan saat berdagang dengan Gazprom.
Seorang juru bicara Latvijas Gaze mengatakan pada hari Jumat (29/7/2022), bahwa mereka tidak akan membeli gas dari Gazprom. Namun demikian, Latvijas Gaze tidak akan menyebut nama pemasok lain dengan alasan kerahasiaan bisnis.
Akan tetapi, Latvijas Gaze tidak segera menanggapi permintaan komentar setelah pengumuman Gazprom.
Negara-negara Uni Eropa (UE) pada hari Selasa (26/7/2022), menyetujui peraturan darurat untuk mengekang penggunaan gas pada musim dingin mendatang. Mereka telah mengantisipasi pasokan yang tidak pasti dari Rusia.
Pada bulan Maret, Putin mengatakan produsen gas alam terbesar di dunia akan mengharuskan negara-negara yang ditetapkan sebagai "tidak ramah" dalam sikap mereka terhadap tindakan Moskow di Ukraina untuk membayar gas pipa dalam mata uang rubel.
Komisi Eropa, yang telah memperingatkan bahwa mematuhi perintah Putin dapat melanggar sanksi UE terhadap Moskow, telah mendesak sejumlah perusahaan untuk tetap membayar dalam mata uang yang disepakati dalam kontrak mereka dengan Gazprom yang sebagian besar dalam euro atau dolar.