Bisnis.com, JAKARTA -- Satu persatu penyebab kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J mulai terkuak. Beberapa fakta di lapangan bahkan membantah versi peristiwa dari kepolisian.
Khusus versi polisi, sejak awal memang selalu berubah-ubah. Pernyataan dari polisi bahkan saling bertolak belakang. Salah satu contohnya adalah mengenai posisi Yosua ditembak.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan, misalnya, menyebut bahwa awal mula tewasnya Brigadir J terjadi saat dia menegur Bharada E. Teguran itu berujung aksi polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir J.
Selang beberapa waktu kemudian, Ramadhan memberi keterangan lagi bahwa Brigadir J masuk ke kamar pribadi Kadiv Propam Mabes Polri Ferdy Sambo. Ramadhan juga mengungkap identitas Brigadir J yang merupakan sopir istri Ferdy Sambo.
Suara Tembakan
Polisi menyebut bahwa Brigadir J tewas saat terlibat aksi saling tembak dengan Bharada E. Namun demikian, sejumlah saksi di lapangan mengaku tidak mendengar secara jelas suara tembakan tersebut.
Mereka hanya mendengar suara petasan, itupun bukan rentetan tetapi hanya sesekali. “Ya ada tenggang waktu (suaranya), cuma berapa jumlahnya nggak keitung. Lebih dari sekali, lebih dari dua kali lah,” tutur Seno Sukarto, Ketua RT saat ditemui di kediamannya, Rabu (13/7/2022).
Baca Juga
Sekadar informasi, Brigadir J atau Yosua tewas dalam dugaan aksi polisi tembak polisi di rumah Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Pol Ferdy Sambo di daerah Komplek Polisi Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022).
Versi polisi, Brigadir J melepaskan 7 tembakan, lalu dibalas 5 tembakan oleh Bharada E.
Seno menuturkan bahwa suara tembakan dari senjata api dengan petasan memang berbeda. Namun, karena kejadian berada di dalam rumah memungkinkan suara tersebut berubah.
“Betul, tapi kan ini tembakan di dalam rumah, dalam gedung, sehingga apapun juga ruang lingkup dari sekitarnya itu memengaruhi suara tembakan,” ucapnya.
CCTV Raib
Polisi mengatakan bahwa CCTV atau kamera pengawas yang berada di rumah Irjen Pol Ferdy Sambo rusak. Namun anggapan itu di bantah langsung ketua RT setempat, Seno Sukarto.
Seno mengatakan bahwa CCTV yang diganti merupakan CCTV milik RT dan memang di ganti oleh pihak kepolisian.
“Bukan CCTV rumah pak Sambo, CCTV yang alatnya di pos. Digantinya hari Sabtu. Yang ganti ya mereka (polisi). Saya tahu hari senin,” ujar Seno di rumah pribadinya, Rabu (13/7/2022).
Selain itu, Seno tidak mengetahui alasan dari CCTV milik RT diganti. Sebab, sampai sekarang dirinya belum menerima laporan apa apa dari pihak kepolisian ke dirinya.
“Terus terang saya juga kesal (tak diberitahu), saya dianggap apa sih. Sama sekali tidak ada laporan merintahkan satpam seenaknya aja. Enggak mau memeberitahu kepada saya,” tuturnya.
Penyelidikan Komnas Ham
Sementara itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memastikan akan mengedepankan prinsip imparsial dalam mengusut tuntas kasus kematian Brigadir J pada peristiwa baku tembak sesama anggota polisi beberapa waktu lalu.
"Sebagai lembaga HAM, Komnas HAM sangat terikat dengan prinsip imparsialitas," kata Ketua Komnas HAM RI Ahmad Taufan Damanik di Jakarta, Jumat (15/7/2022).
Apalagi, kata dia, saat ini Komnas HAM sedang dinilai oleh Global Alliance of National Human Rights Institutions (GANHRI) sebuah badan perwakilan lembaga hak asasi manusia nasional dari seluruh belahan dunia.
Oleh karena itu, Komnas HAM memastikan mengedepankan prinsip imparsial dalam membantu polisi mengungkap kasus kematian Brigadir J yang terjadi di rumah dinas Kepala Divisi (Kadiv) Propam Polri Irjen Polisi Ferdy Sambo.
"Pentingnya menjaga imparsialitas, independensi, dan integritas bukan semata-mata kepentingan Komnas HAM, melainkan kepentingan bangsa dan negara," ujarnya.