Bisnis.com, JAKARTA – Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril meminta rumah sakit menyediakan 10 persen dari total kapasitasnya untuk menghadapi puncak gelombang Omicron subvarian BA.4 dan BA.5.
Seperti diketahui, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memprediksi puncak gelombang varian baru BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada minggu kedua hingga ketiga Juli 2022.
“Selain tempat isolasi mandiri, rumah sakit juga harus kembali mempersiapkan tenaga kesehatan, obat-obatan, dan juga alat pelindung diri (APD) yang telah memenuhi standar. Insya Allah jika sudah disiapkan, kita akan jauh lebih siap daripada sebelumnya,” jelas Syahril kepada Bisnis, Selasa (28/6/2022).
Syahril juga menuturkan bahwa pihaknya terus melakukan komunikasi dengan pemangku kepentingan terkait penyediaan tempat isolasi mandiri yang saat ini telah kembali beralih fungsi, seperti hotel, rusun, ataupun mansion.
Adapun untuk menekan lonjakan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 pada prediksi puncak gelombang Juli mendatang, Kemenkes masih terus menggencarkan cakupan vaksinasi dosis ketiga atau booster, yang sampai saat ini masih berada di bawah angka 50 persen.
“Kami telah mentargetkan cakupan vaksinasi dosis booster untuk berada di atas 50 persen pada bulan Juli ataupun Agustus 2022,” ucap Syahril.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan telah memprediksikan bahwa Indonesia akan memasuki puncak gelombang subvarian BA.4 dan BA.5 pada pertengahan Juli 2022 atau satu bulan setelah kasus pertama kali dikonfirmasi di Indonesia, yakni pada 6 Juni 2022.
Adapun Syahril menekankan bahwa prediksi tersebut didasarkan oleh laporan dari beberapa negara yang telah mengalami puncak gelombang subvarian BA.4 dan BA.5 lebih dahulu dibandingkan Indonesia, seperti Amerika Serikat, Afrika Selatan, Inggris, dan Portugal serta pendapat dari beberapa pakar kesehatan Indonesia.
“Berdasarkan laporan yang telah disampaikan oleh negara-negara tersebut, puncak gelombang diprediksikan akan bertahan selama satu pekan dan baru akan turun secara perlahan,” kata Syahril.
Meskipun demikian, berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, puncak penularan subvarian BA.4 dan BA.5 akan lebih rendah dibandingkan dengan puncak kasus varian Omicron, yaitu hanya sepertiga dari puncak kasus tersebut atau tepatnya sekitar 20 juta secara total.