Bisnis.com, JAKARTA – Perang Rusia vs Ukraina memiliki dampak terhadap beberapa sektor, salah satunya pada sektor industri makanan di Rusia yaitu perusahaan makanan cepat saji, Mcdonald's.
Dilansir BBC pada Rabu (18/5/2022), Mcdonald's sudah berada di Rusia sejak 30 tahun lalu hingga saat ini. Namun, perusahaan fast food terkemuka di dunia tersebut mengatakan perusahaannya benar-benar hengkang dari Rusia.
Langkah awal dilakukan Mcdonald's dengan menutup sementara 850 gerainya pada Maret 2022 atau ketika invasi Rusia ke Ukraina dimulai.
Raksasa makanan cepat saji itu mengatakan bahwa keputusan itu diambil karena krisis kemanusiaan dan lingkungan operasi di Rusia yang tidak dapat diprediksi karena disebabkan oleh konflik Rusia dengan Ukraina.
Selanjutnya, McDonald's akan menjual semua asetnya ke pembeli lokal dan akan memulai proses "de-arching" restoran yang melibatkan penghapusan nama, merek, dan menunya.
Kepala Eksekutif McDonald’s Chris Kempczinski mengatakan bahwa masalah ini sangat rumit dan berat untuk mengeluarkan pekerja sebanyak puluhan ribu di Rusia.
Namun, Chris menambahkan bahwa ia juga tidak bisa mengabaikan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina.
"Tetapi tidak mungkin untuk mengabaikan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang di Ukraina. Dan tidak mungkin membayangkan Lengkungan Emas mewakili harapan dan janji yang sama untuk membawa kita memasuki pasar Rusia sejak 32 tahun lalu," ujar Chris dalam sebuah pesan kepada staf dan pemasok.
Untuk saat ini Mcdonald’s akan memprioritaskan 62.000 karyawannya agar terus mendapat upah sampai penjualannya selesai.
Sebagai informasi, pembukaan restoran pertama McDonald's di Moskow pada tahun 1990 yang melambangkan mencairnya ketegangan akibat Perang Dingin antara blok barat dan timur.
Setahun setelah Uni Soviet runtuh, Rusia membuka sektor ekonominya untuk perusahaan-perusahaan dari Barat. Salah satunya, McDonald's yang pertama kali dibuka di Lapangan Pushkin Moskow pada Januari 1990.