Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, dalam kurun sepekan setelah libur Lebaran Idulfitri (10—16 Mei 2022) kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia terus melandai.
Secara terperinci, pada 10—16 Mei 2022 tercatat kasus konfirmasi positif Covid-19 terus mengalami penurunan yaitu 456, 400, 335, 335, 308, 257, dan 182 yang secara kumulatif total pertambahan konfirmasi Covid-19 secara nasional dalam sepekan adalah 2.273.
Kendati demikian, kasus Covid-19 di Indonesia memang melonjak 53,9 persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya (3-9 Mei 2022) yang tercatat sebanyak 1.477 kasus.
Namun, kasus Covid-19 pada sepekan terakhir masih jauh lebih rendah 34,6 persen dibandingkan sepekan sebelum libur cuti bersama (22-28 April 2022) yang mencatatkan kasus konfirmasi positif sebanyak 3.477.
Di sisi lain, kasus kematian juga terus mengalami tren penurunan yang secara rinci yaitu 20, 8, 14, 10, 5, 5, dan 6 sehingga tercatat dalam sepekan total kasus kematian mencapai 68 jiwa.
Selanjutnya, kasus kesembuhan juga menunjukan tren fluktuatif dalam sepekan terakhir (10—16 Mei), apabila dijabarkan secara rinci yaitu 659, 916, 785, 254, 416, 293, dan 263 sehingga tercatat dalam sepekan total kasus kesembuhan mencapai 3.586 jiwa.
Baca Juga
Sejalan itu, kasus aktif atau pasien positif yang membutuhkan perawatan medis, terus berkurang dalam kurun sepekan dengan total 1.528 penurunan kasus. Adapun secara rinci penurunan pada 10—16 Mei 2022 adalah 223. 529, 464, 71, 113, 41, dan 87.
Selanjutnya, rata-rata positivity rate meningkat dalam sepekan menjadi 0,36 persen dari pekan sebelumnya 0,33 persen. Jumlah orang diperiksa tes Covid-19 pada sepekan terakhir juga meningkat menjadi 632.930 orang dari 464.558 orang pekan sebelumnya.
Peneliti Global Health Security Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, meskipun pascalebaran ada peningkatan kasus, hal tersebut wajar dan bisa diprediksi karena setelah adanya mobilitas besar, maka wajar ada peningkatan konfirmasi kasus.
“Namun, peningkatan ini dengan vaksinasi yang sudah jauh lebih besar harapannya yang terinfeksi mereka tidak harus dilarikan ke RS. Bahkan, apabila booster sudah di atas 70 persen, ketika mobilisasi tidak terhindarkan maka konfirmasi kesakitan dan kematian diyakini juga tidak setinggi waktu-waktu sebelumnya,” tuturnya saat dihubungi, Selasa (17/5/2022).
Namun, Dicky mengatakan Indonesia juga memiliki siklus kasus tinggi empat bulanan. Merujuk pada siklus tersebut, kasus tinggi bisa kembali terulang pada Juni 2022 sehingga masyarakat dan pemerintah diminta tetap waspada untuk menghindari lonjakan kasus bulan depan.
“Kita masih harus menunggu sampai Juni, apabila kasus konfirmasi bisa ditekan dan tidak terjadi lonjakan dibandingkan sebelumnya, maka bisa diartikan vaksinasi, prokes, dan PPKM memiliki makna dalam menumpas Covid-19. Masih harus bersabar,” ujarnya.
Dia pun menyebut bahwa masyarakat tidak perlu tergesa-gesa untuk merubah status pandemi Covid-19 menjadi endemik. Pasalnya, hal tersebut merupakan kewenangan Badan Organisasi Dunia (WHO), berdasarkan regulasi internasional yang sudah disepakati setiap anggota termasuk Indonesia.
“Pandemi terkendali merupakan tujuan saat ini, termasuk target di tingkat global,” ujar Dicky.
Sekadar informasi, saat akhir libur panjang Lebaran 2021 terjadi tambahan kasus harian masih tercatat 5.000-6.000. Kasus Covid-19 melonjak tajam bahkan tidak terkontrol hingga menembus 54.000 kasus lebih pada Juli 2021. Puncak gelombang II terjadi pada 15 Juli 2021 di mana kasus menembus 56.757.
Kendati demikian, pada libur Lebaran tahun lalu hampir sebagian besar masyarakat belum divaksin. Hal ini berbanding terbalik dengan libur bersama Lebaran tahun ini, di mana penerima vaksin dosis lengkap mencapai 164,66 juta atau 79 persen dari target. Jumlah penerima booster mencapai 37,46 juta atau 18 persen dari target.