Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tragedi 12 Mei 1998: Profil Empat Pahlawan Reformasi

Tanggal 12 Mei 1998 menjadi sejarah berdarah bagi Universitas Trisakti dan Indonesia karena empat pemuda bangsa meregang nyawa tertembus timah panas saat memperjuangkan reformasi
Empat mahasiswa Trisakti yang gugur pada Tragedi 12 Mei 1998 / Universitas Trisakti
Empat mahasiswa Trisakti yang gugur pada Tragedi 12 Mei 1998 / Universitas Trisakti

Bisnis.com, JAKARTA - Aksi demonstrasi besar-besaran para mahasiswa pada Mei 1998 menuntut berakhirnya Orde Baru harus dibayar mahal dengan gugurnya empat mahasiswa Trisakti. Mereka meregang nyawa akibat timah panas aparat kemanan negara, yang kala itu sangat represif menghadapi ribuan pengunjuk rasa. 

Lalu, siapa saja empat mahasiswa Trisakti yang kini disebut sebagai Pahlawan Reformasi?

1. Hafidin Royan

Hafidin Royan merupakan mahasiswa Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti yang tewas terhujam peluru aparat pada 12 Mei 1998. Anak dari pasangan Enus Junus dan Sunarmi Junus ini diketahui aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Dikutip dari laman KontraS, pemuda asal Jawa Barat Meski pernah dipercaya sebagai Ketua Tim Pendahulu dalam acara Bakti Sosial pada tahun 1997.

Pada 1998, Hafidin juga dikabarkan masuk dalam bursa calon ketua Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) karena karakternya yang
tidak ambisius sehingga dinilai mampu menjalankan program-program organisasi dengan baik dan diterima oleh semua kubu.

Nahas, pemuda ini akhirnya harus mengubur semua mimpi-mimpinya bersama dengan raganya setelah berjuang di garis depan melawan rezim penguasa Orde Baru. Dia tersungkur oleh timah panas aparat, pihak yang seharusnya melindungi rakyatnya.

2. Heri Hartanto

Heri Hartanto merupakan mahasiswa Universitas Trisakti Jurusan Teknik Industri angkatan 1995. Dikutip dari berbagai sumber, pemuda kelahiran Jakarta, pada 5 Februari 1977 ini dikenal sebagai sosok yang supel atau mudah bergaul. Heri disebut memiliki cita-cita membangun bengkel miliknya sendiri. Namun, keinginannya tersebut harus kandas pada 12 Mei 1998 karena tutup usia.

3. Elang Mulia Lemana

Elang lahir di Jakarta, pada 5 Juli 1978. Dia mengambil jurusan Arsitektur di Universitas Trisakti. Elang yang saat itu berusia 19 tahun ikut berpartisipasi dalam demonstrasi di kampus. Sore hari pada hari nahas itu, suasana justru memanas di sekitar kampus Trisakti. Para mahasiswa lari tunggang langgang melihat aparat yang semakin represif. Tak disangka, sebutir peluru menembus dada Elang hingga punggung. Elang gugur. 

4. Hendriawan Sie

Hendriawan merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Dia meninggal karena ditembak pada bagian leher di balik pagar kampus Trisakti. Hendriawan sempat dibawa ke Rumah Sakit Sumber Waras yang tidak jauh dari sana, tetapi nyawanya tidak tertolong.

Untuk menghormati Hendriawan Sie, pihak Universitas Trisakti menamai Gedung Fakultas Ekonominya dengan nama Gedung Hendriawan Sie. Pemerintah Kota Balikpapan, kota kelahiran Hendriawan, juga mengabadikan namanya sebagai nama sebuah jalan di kota itu.

Atas keempat Pahlawan Reformasi tersebut, Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pun menganugerahkan Bintang Jasa Pratama pada 15 Agustus 2005.

Kronologi Kejadian

Dilansir dari laman resmi Universitas Trisakti, pada 12 Mei 1998, para mahasiswa melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30 WIB. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.

Akhirnya, pada pukul 17.15, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di Universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras. 

Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper