Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WHO: Angka Kematian Akibat Covid-19 di Indonesia 7 Kali dari yang Dilaporkan

WHO menyebut, bahwa jumlah orang meninggal akibat Covid-19 di dunia nyaris 15 juta. Dari jumlah itu, sekitar 1.094.499 orang di antaranya di Indonesia.
Petugas menggali liang lahat di lahan baru pemakaman khusus Covid-19 di TPU Kihafit, Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, Minggu (8/8/2021). Pemerintah Kota Cimahi menjadikan TPU Kihafit sebagai lahan pemakaman baru bagi pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 dengan daya tampung 170 liang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Petugas menggali liang lahat di lahan baru pemakaman khusus Covid-19 di TPU Kihafit, Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, Minggu (8/8/2021). Pemerintah Kota Cimahi menjadikan TPU Kihafit sebagai lahan pemakaman baru bagi pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 dengan daya tampung 170 liang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, bahwa jumlah orang meninggal akibat Covid-19 di dunia nyaris 15 juta. Dari jumlah itu, sekitar 1.094.499 orang di antaranya di Indonesia.

Padahal, kasus kematian akibat infeksi Virus Corona yang dilaporkan hanya 5,4 juta. Dan, kematian akibat Covid-19 di Indonesia yang dicatat Satgas Penanggulangan Covid-19 pada Jumat (6/5/2022) 156.357 orang.

Dikutip dari BBC, Jumat (6/5/2022), WHO melakukan perhitungan angka kematian akibat Covid-19 di dunia yang menyertakan para ahli. Dari hasil analisis data, diketahui bahwa angka kematian global akibat infeksi Virus Corona nyaris 15 juta orang, atau 3 kali lipat dari jumlah yang dilaporkan selama dua tahun pandemi.

WHO percaya banyak negara yang meremehkan jumlah kematian akibat Covi-19 - hanya 5,4 juta yang dilaporkan.

WHO menyebut angka atau kasus kematian yang tidak disebabkan langsung oleh virus disebut dengan excess deaths.

Adapun metodologi yang digunakan para ahli adalah data kematian yang disebabkan langsung oleh Virus Corona, kematian tidak langsung/efek samping akibat Covid-19 seperti orang terinfeksi Virus Corona tidak mendapat tempat/pelayanan di rumah sakit akibat rumah sakit penuh.

Hal semacam ini pernah terjadi pada awal pandemi Covid-19. Di Indonesia, hal semacam ini terjadi saat gelombang dua pandemi Covid-19 yang disebabkan varian Delta.

Hal lain yang menjadi penyebab tidak langsung kematian pasien Covid-19 adalah pendataan yang kurang bagus seingga tidak semua kematian akibat Covid-19 dilaporkan. Kemudian, tes Covid-19 yang tidak mencukupi pada awal-awal pandemi.

Dari analisis para ahli itu, maka ada 10 negara yang paling banyak mengalami kasus kematian tidak dilaporkan.

10 negara dengan kasus kematian akibat tidak langsung Covid-19 menurut WHO:

1. Mesir 11,6 kali

2. India 9,9 kali

3. Pakistan 8 kali

4.Indonesia 7,1 kali

5. Bangladesh 5 kali

6. Bolivia 4,5 kali

7. Serbia 4,4 kali

8. Kazakhastan 4,2 kali

9. Filipina 3,6 kali

10. Rusia 3,5 kali

Jika merujuk pada data Satgas Penanggulangan Covid-19, maka pada Jumat (6/5/2022) tercatat 156.357 orang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia.

Kemudian, bila merujuk pada angka kasus kematian perhitungan WHO, maka ada sekitar 1.094.499 orang di Indonesia meninggal akibat SARS-CoV-2,

Atas perhitungan WHO itu, Pemerintah India mempertanyakan perkiraan WHO tersebut, dengan mengatakan bahwa pihaknya memiliki "kekhawatiran" tentang metodologi yang digunakan WHO, tetapi penelitian lain menyimpulkan hal serupa tentang skala kematian di negara tersebut.

Di India, ada 4,7 juta kematian akibat Covid-19, katanya. Padahal, angka kematian sesungguhnya  10 kali lipat dari angka resmi – dan angka itu hampir sepertiga kematian akibat Covid-19 secara global.

Grafik memerinci kelebihan kematian global lebih banyak pada pria, 57 persen laki-laki dan 43 persen perempuan.

WHO menyebut, negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah memiliki proporsi  kelebihan kematian tertinggi sebesar 53 persen.

Tetapi WHO mengatakan sebagian besar dari 9,5 juta kematian tambahan dianggap sebagai kematian langsung yang disebabkan oleh virus, bukan kematian tidak langsung.

Berbicara tentang skala angka, Dr Samira Asma, dari departemen data WHO, mengatakan  bahwa angka tersebut adalah tragedi.

"Ini angka yang mengejutkan dan penting bagi kita untuk menghormati nyawa yang hilang, dan kita harus meminta pertanggungjawaban pembuat kebijakan," katanya.

"Jika kita tidak menghitung yang mati, kita akan kehilangan kesempatan untuk lebih siap menghadapi waktu berikutnya."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper