Bisnis.com, JAKARTA - Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan 6.000-an warga sipil tewas dan terluka akibat perang Rusia vs Ukraina.
Laporan terbaru yang dirilis ukrinform.net mencatat bahwa 3.238 warga sipil telah tewas dan 3.397 terluka di Ukraina sejak invasi skala penuh Rusia dimulai pada 24 Februari 2022.
Adapun, rincian korban tewas adalah 1.162 pria, 738 wanita, 71 anak perempuan, dan 84 anak laki-laki, serta 72 anak-anak dan 1.111 orang dewasa yang jenis kelaminnya belum diketahui.
Mereka yang terluka termasuk 424 pria, 337 wanita, 71 anak perempuan, dan 82 anak laki-laki, serta 169 anak-anak dan 2.314 orang dewasa yang jenis kelaminnya belum diketahui.
Sebagian besar korban sipil yang tercatat disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dengan area dampak yang luas, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem peluncuran roket ganda, serta serangan rudal dan udara.
Akan tetapi, OHCHR percaya bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi karena penerimaan informasi dari beberapa lokasi telah terjadi penundaan dan banyak laporan masih menunggu konfirmasi.
Misalnya, Mariupol (wilayah Donetsk), Izium (wilayah Kharkiv), dan Popasna (wilayah Luhansk) yang diduga ada banyak korban sipil. Namun, hingga saat ini OHCHR baru bisa memperbarui dan mengonfirmasi jumlah korban sipil yang tercatat di atas.
Diketahui, pada 24 Februari 2022 Rusia melangsungkan invasi ke Ukraina. Para pasukan Rusia telah menembaki dan membom kota-kota, serta desa-desa di Ukraina.
Mereka merusak dan menghancurkan sejumlah infrastruktur yang menyebabkan kerugian besar bagi Ukraina.
Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan negara-negara lain telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Ini bukti dan kecaman yang diberikan atas konsekuensi tindakan invasi Rusia.