Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memperingatkan Amerika Serikat agar tidak mengisolasi China karena masalah perang Rusia vs Ukraina.
Melalui pernyataan Kantor Perdana Menteri Singapura pada Minggu (10/4/2022), Lee mengatakan AS seolah membingkai peperangan di Ukraina menjadi pertarungan antara demokrasi dan autokrasi Putin. Hal ini akan semakin memperumit hubungan antara kedua kekuatan.
"Anda [AS] harus hati-hati agar tidak mendefinisikan masalah dengan Ukraina sedemikian rupa sehingga secara otomatis, China sudah berada di pihak yang salah," katanya dalam dialog bersama Dewan Editorial Wall Street Journal saat kunjungan ke AS, dikutip dari Bloomberg pada Senin (11/4/2022).
Menurutnya, semua pihak punya masalah di Ukraina. Jika bicara soal kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial, lanjutnya, banyak negara pasti mendukung perdamaian di Ukraina.
"Bahkan China tidak akan keberatan dan secara pribadi akan sangat mendukungnya," lanjut Lee.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menguji hubungan antara AS dan China yang sudah tegang akibat berbagai masalah seperti Taiwan, Laut China Selatan, teknologi telekomunikasi, dan perdagangan.
Sementara itu, berbagai negara Asia seperti Singapura telah berupaya menjalin hubungan erat dengan kedua ekonomi terbesar untuk bekerja sama mengatasi berbagai isu global seperti perubahan iklim dan respons pandemi.
Namun, China masih bergeming dalam merespons invasi Rusia ke Ukraina. Hal ini yang membuat Presiden AS Joe Biden menganggapnya sebagai langkah Presiden China Xi Jinping untuk mendukung Moskow.
Menurutnya, hubungan AS dan China, ditambah dengan ketegangan yang berlanjut akibat perang Ukraina menjadikan situasi semakin sulit. Kepercayaan di antara keduanya sudah sangat pudar.
"Tidak mudah untuk menemukan tingkatan yang tepat untuk terlibat sehingga Anda dapat mencapai pemulihan hubungan untuk mengurangi ketegangan... jika Anda ingin hidup berdampingan dengan mereka," ujar Lee.