Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Visa Pengungsi Ukraina Jadi Masalah, Prancis Kecam Inggris soal Kemanusiaan

Prancis ingatkan Inggris soal kemanusiaan setelah munculnya penolakan visa untuk para pengungsi dari Ukraina yang berada di Calais.
Orang-orang menuju perbatasan Polandia di Oblast Lviv, Ukraina, Minggu (27/2/2022). Reuters/Yomiuri Shimbun
Orang-orang menuju perbatasan Polandia di Oblast Lviv, Ukraina, Minggu (27/2/2022). Reuters/Yomiuri Shimbun

Bisnis.com, SOLO - Inggris menolak memberikan kemudahan visa untuk para pengungsi Ukraina yang menghindari perang.

Keputusan tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Boris Johnson pada Senin (7/3/2022).

Johnson mengatakan Inggris adalah negara yang murah hati tapi tetap perlu mengawasi siapasiapa saja yang datang di negaranya.

Melansir dari thelocal.fr, setidaknya ada 400 orang datang ke Calais untuk menghindari perang.

Ratusan orang tersebut bergabung bisa masuk ke Inggris dan bertemu dengan kerabat mereka.

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan bahwa Inggris sama sekali tidak menunjukkan kemanusiaan terhadap pengungsi yang sedang kesulitan

Gerald mendesak London untuk mengatur kehadiran konsuler yang tepat di Calais untuk mengeluarkan visa.

Dari 400 orang, sekitar 150 dari mereka diberitahu untuk pergi dan mendapatkan visa di konsulat Inggris di Paris atau Brussel.

Hal itu dilakukan karena banyaknya orang yang tak memiliki visa atau dokumen yang diperlukan untuk menyebrang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper