Bisnis.com, JAKARTA — Hujan deras disertai angin kencang melanda wilayah ibu kota akhir pekan lalu, Sabtu (5/3/2022).
Akibat peristiwa itu, dilaporkan ada 11 berita pohon tumbang di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Dilansir dari Tempo.co Senin (7/3/2022), hampir seluruh wilayah Jabodetabek hampir secara merata diterpa angin kencang pada akhir pekan lalu.
Kondisi cuaca itu ternyata diprediksi masih akan terjadi selama Maret 2022 hingga April 2022. Hal itu disampaikan oleh Nanda Alfuadi, prakirawan cuaca BMKG.
Dengan demikian, BMKG BMKG mengimbau kepada masyarakat Jabodetabek untuk berhati-hati dan waspada.
"Pola-pola cuaca ekstrem seperti ini umumnya terjadi ketika siang dan sore hari. Kondisi seperti ini akan cukup sering terjadi ketika periode peralihan terjadi di wilayah Indonesia,” ujarnya.
Baca Juga
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), angin kencang ini disebabkan oleh pergerakan awan kumulonimbus dari arah Samudra Hindia bagian barat wilayah Banten yang bergerak menuju wilayah Jabodetabek.
“Masuknya awan tersebut diakibatkan embusan angin pada lapisan rendah hingga tinggi yang cukup kencang,” imbuh Nanda.
Awan kumulonimbus yang berhembus menuju Jabodetabek ini kemudian berkumpul membentuk garis konvergensi atau daerah pertemuan angin.
“Dampak yang dirasakan berupa hujan ringan sedang hingga lebat disertai angin kencang dan kilat atau petir yang berdurasi singkat pada daerah yang dilaluinya yaitu di daerah Banten, Jabodetabek hingga Jawa Barat,” ujarnya.
Nanda Alfuadi, prakirawan cuaca BMKG menyampaikan bahwa cuaca seperti ini diperkirakan terjadi selama bulan Maret hingga April 2022. Karena itu, BMKG mengimbau kepada masyarakat Jabodetabek untuk berhati-hati dan waspada.
"Pola-pola cuaca ekstrem seperti ini umumnya terjadi ketika siang dan sore hari. Kondisi seperti ini akan cukup sering terjadi ketika periode peralihan terjadi di wilayah Indonesia,” kata Prakirawan Cuaca BMKG, Nanda Alfuadi lewat Humas BMKG, Tata pada Minggu, 6 Maret 2022.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), angin kencang ini disebabkan oleh pergerakan awan kumulonimbus dari arah Samudra Hindia bagian barat wilayah Banten yang bergerak menuju wilayah Jabodetabek.
“Masuknya awan tersebut diakibatkan embusan angin pada lapisan rendah hingga tinggi yang cukup kencang,” kata Nanda.
Awan kumulonimbus yang berhembus menuju Jabodetabek ini kemudian berkumpul membentuk garis konvergensi atau daerah pertemuan angin.
“Dampak yang dirasakan berupa hujan ringan sedang hingga lebat disertai angin kencang dan kilat atau petir yang berdurasi singkat pada daerah yang dilaluinya. Yaitu di daerah Banten, Jabodetabek hingga Jawa Barat,” ujarnya.