Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Makin Banyak Negara Eropa Tutup Akses Udara untuk Penerbangan Rusia

Aksi menutup akses udara untuk maskapai penerbangan Rusia ini dilakukan oleh negara-negara Eropa setelah Rusia menginvasi Ukraina. Hal ini akan membebani operasional perusahaan karena pesawat harus mencari rute yang lebih jauh.
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert

Bisnis.com, JAKARTA — Negara-negara Eropa semakin banyak yang menutup akses udara untuk penerbangan oleh maskapai Rusia. Sebagai balasannya, Rusia juga menutup akses udaranya untuk maskapai Eropa.

Aksi menutup akses udara untuk maskapai Rusia ini dilakukan oleh negara-negara Eropa setelah Rusia menginvasi Ukraina. Adapun, penutupan akses udara ini akan membuat pesawat harus mencari rute yang lebih jauh untuk mencapai tujuan.

Irlandia dan Belgia bergabung dengan Finlandia, Inggris, dan Jerman menutup akses udaranya untuk Rusia pada Minggu (27/2/2022). Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan bahwa negara mata uang tunggal juga akan mengajukan proposal untuk melarang pesawat Rusia terbang di udara 27 negara-negara anggota UE.

Apabila proposal itu disetujui, maka maskapai Rusia seperti Aeroflot terpaksa harus berputar sejauh-jauhnya lewat Turki untuk bisa terbang ke tujuan di barat.

Hal yang sama pun terjadi sebaliknya karena Rusia juga menutup akses udaranya terhadap maskapai negara-negara Eropa lainnya sebagai balasan. Aksi balasan dari Rusia ini tentunya akan berdampak pada biaya operasional yang lebih besar bagi maskapai Eropa karena Rusia merupakan hub atau jalan pintas menuju Asia.

Maskapai penerbangan asal Finlandia, Finnair Oyj mengatakan aksi saling balas tersebut akan berdampak pada penghentian sementara penerbangan Finnair menuju Asia karena akan menimbulkan biaya yang mahal.

“Untuk sebagian besar penerbangan menuju area timur laut ke Asia, mengubah rute penerbangan artinya waktu penerbangan yang lebih lama dan operasional akan menjadi tidak ekonomis,” tulis Finnar dalam keterangan resmi, seperti dikutip Bloomberg, Minggu (27/2/2022).

Adapun, aksi saling balas menutup akses udara ini mengingatkan pada Perang Dingin ketika maskapai barat tidak bisa melewati Siberia di Rusia untuk mencapai Jepang, Hong Kong, dan China selama puluhan tahun.

Sebelumnya, maskapai asal Jerman yaitu Deutsche Lufthansa AG dan maskapai asal Belanda KLM mengatakan tidak akan ada penerbangan yang melewati udara Rusia selama tujuh hari. Sementara itu, Wixx Air Holdings Plc. dari Hungaria akan menutup sementara penerbangan rute dari dan ke Rusia.

Sejauh ini, maskapai Rusia dilarang masuk ke Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Jerman, Irlandia, Latvia, Lithuania, Moldova, Polandia, Romanoa, Slovenia, dan Inggris. Sementara itu, langit Ukraina saat ini menjadi langin yang tak boleh dilewati (no-fly zone).

Sebagai balasan, Rusia menutup akses penerbangan dari Bulgaria, Republik Ceko, Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia, Romania, Slovenia, dan Inggris.

Keterbatasan akses di udara ini akan menyebabkan tekanan terhadap kinerja maskapai penerbangan Eropa untuk rute menuju Asia. Keadaan ini juga akan memperburuk kondisi yang sudah sulit akibat Covid-19 karena banyak negara-negara Asia yang melakukan pembatasan akses masuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper