Bisnis.com, JAKARTA - Tempe menjadi makanan dengan nilai kandungan gizi yang tinggi. Tempe merupakan kedelai yang dibentuk menjadi balok padat menggunakan proses fregmentasi.
Kata tempe dalam bahasa Indonesia mengacu pada berbagai makanan fermentasi (biasanya kacang-kacangan yang dimasak dengan lembut) yang diikat bersama miselium padat dari jamur Rhizopus putih menjadi balok padat. Umumnya, tempe terbuat dari biji kedelai.
Setelah kedelai menjadi balok padat, maka tempe bisa disajikan dengan cara digoreng, dipanggang, atau dikukus. Sebelum dimasak, tempe kedelai mengandung 19,5 persen protein, dibandingkan dengan rata-rata 17,9 persen untuk hamburger dan 21 persen untuk ayam.
Untuk membuat tempe, kotiledon kedelai yang dimasak dan dikupas kulitnya (yang mungkin diasamkan ringan dengan preferensi asam laktat tradisional atau, saat ini, dengan asam laktat atau cuka) dikeringkan dengan baik lalu diinokulasi dengan spora kapang Rhizopus oligosporus.
Kemudian, dikemas ke dalam wadah berlubang (kantong polietilen atau daun pisang) dan diinkubasi pada 30-31ºC (86-88ºF) selama sekitar 24 jam sampai biji terikat erat oleh miselium. Setelah itu, tempe siap untuk dijual atau dimasak.
Tempe berasal dari Jawa Tengah atau Jawa Timur, Indonesia yang ditemukan sekitar tahun 1800 atau mungkin lebih dari seribu tahun lalu. Uniknya, hanya sedikit informasi mengenai asal-usul dan sejarah awal tempe dibandingkan dengan makanan dari biji kedelai lainnya.
Meskipun tempe berasal dari beberapa abad yang lalu di pulau Jawa, tetapi sejumlah studi awal oleh para ilmuwan Belanda, dalam bahasa Belanda pada 1875 menyebutkan bahwa tempe pertama kali diproduksi secara komersial di Eropa antara tahun 1946 dan 1959 dan pada 1984 ada 18 perusahaan tempe di Eropa.
Penelitian luas tentang tempe dimulai pada awal 1960-an di Cornell University (di bawah Dr. Steinkraus) dan di Pusat Penelitian Regional Utara USDA (di bawah Dr. C.W. Hesseltine dan Dr. H.L. Wang).
Tempe komersial pertama di Amerika diproduksi pada 1961 oleh imigran Indonesia dan produksi komersial pertama oleh seorang bule dimulai pada 1975. Jumlah perusahaan tempe di Amerika meningkat dari 13 pada 1979 menjadi 53 pada 1984. Referensi tempe paling awal yang diketahui di Jepang adalah oleh Nakazawa pada tahun 1928. Mulai 1983, dengan maraknya ledakan susu kedelai, perusahaan makanan Jepang mulai membuat tempe dalam jumlah besar.