Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang belum berakhir hingga saat ini berdampak pada angka putus sekolah siswa sekolah dasar (SD) mencapai 10 kali lipat.
Ada beberapa penyebab peserta didik putus sekolah di antaranya membantu ekonomi keluarga yang terimbas Covid-19, dan pembelajaran daring dianggap tidak efektif meningkatkan kemampuan.
“Sampai saat ini masih banyak anak Indonesia yang kesulitan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ-red), karena tidak memiliki akses ke gawai atau internet. Selain itu, banyak juga orangtua yang beranggapan bahwa PJJ artinya sama dengan tidak sekolah,” demikian dilansir dari Pandemictalks mengutip data Kemendikbudristek, Sabtu (29/1/2022).
Di level global, Yayasan Amal Save the Children memperikiran 9,7 juta anak berisiko permanen putus sekolah karena pandemi Covid-19.
Sekjen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Suharti menyebut angka putus sekolah ini cukup tinggi.
Sebelumnya, Kemendikbud Ristek terus mencari cara agar para pelajar maupun mahasiswa untuk dapat kembali ke sekolah maupun ke perguruan tinggi.
Baca Juga
Suharti menyampaikan dampak yang ditimbulkan ketika anak tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar, bukan hanya learning loss. Termasuk di dalamnya bertambahnya kekerasan dalam rumah, risiko pernikahan anak, eksploitasi anak yang meningkat.
Dampak lain, kesenjangan pembelajaran meningkat selama terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia. Utamanya, antara peserta didik dari keluarga kaya dan keluarga miskin.
"Hasil studi menunjukkan kesenjangan pembelajaran antara anak-anak dari kelompok dari keluarga kaya dengan keluarga miskin. Ini juga semakin terjadi kesenjangan, meningkat 10 persen,” ujar Suharti dalam webinar kesiapan pelaksanaan PTM terbatas yang diakses dari Youtube pada Senin, (3/1/2022).