Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo mengatakan dua kasus kematian akibat Virus Corona varian Omicron seharusnya menjadi peringatan, yang puncaknya diprediksi bakal terjadi antara pada Februari-Maret.
“Sudah ada dua pasien varian Omicron yang meninggal. Artinya sudah ada case fatality rate-nya. Saya kira ini membuktikan bahwa Omicron itu memang bahaya dan nyata, sekaligus juga berisiko bagi orang-orang yang belum divaksin serta terhadap orang yang meskipun sudah divaksin tapi punya komorbid,” kata Rahmad kepada wartawan, Senin (24/1).
Dua orang pasien Covid-19 varian Omicron sebelumnya dilaporkan meninggal pada Sabtu pekan lalu karena memiliki penyakit penyerta dan seorang punya riwayat ke luar negeri.
Seorang pasien Covid-19 varian Omicron itu diketahui merupakan transmisi lokal dan meninggal di Rumah Sakit Sari Asih Ciputat. Sedangkan pasien lainnya, yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso. Keduanya merupakan pelaporan fatalitas pertama di Indonesia akibat varian Omicron yang memiliki daya tular tinggi.
Rahmad mengatakan, jika melihat badai Omicron yang menerjang berbagai negara di dunia maka bisa diprediksi Indonesia sendiri tidak akan bisa menghindar dari varian Covid-19 yang disebut penularannya sangat cepat tersebut.
“Sudah terbukti, Omicron merebak di seluruh negara di dunia, kita pasti tidak akan bisa menghindar. Yang penting saat ini bagaimana agar lonjakan bisa kita antisipasi, bisa kita meminimalkan puncaknya dan jangan sampai menimbulkan korban,” katanya.
Menurut Rahmad, jika berkaca dari berbagai negara serta data statistik yang ada menunjukkan puncak Omicron akan terjadi antara 30-70 hari setelah pertama kali ditemukan di Afrika Selatan Desember lalu.
Baca Juga
“Itu puncaknya ya, ada yang sampai 30 hari 40 hari ada sampai baru 70 hari baru pada saat puncaknya baru mengalami proses fase penurunan. Karena itulah kita mempersiapkan diri dalam waktu dekat ini, karena diprediksi akan terjadi lonjakan Omicron yang besar,” katanya.
Politisi PDI-Perjuangan ini menilai, semua pihak harus mempersiapkan diri dengan baik secara psikologis untuk menghadapi lonjakan varian Omicron, dalam artian tetap tenang dan tidak panik. Diperlukan mencerna informasi dengan benar serta melakukan hal-hal pencegahan sesuai dengan anjuran pemerintah, katanya.
“Saya kira kita harus mempersiapkan diri dengan baik dan melakukan langkah dan tindakan yang tepat sesuai dengan anjuran pemerintah. Itu saya kira yang terpenting,” katanya.
Selain itu dia mengatakan bahwa pemerintah harus tetap fokus melakukan testing, tracing, dan treatment (3T) disamping berkoordinasi dengan seluruh fasilitas kesehatan, mulai dari rumah sakit, obat-obatan, vitamin dan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel