Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Ace Hasan Sadzily mengatakan keserentakan pemilu legislatif (pileg) dengan pemilu presiden (pilpres) pada 2024 membuat partainya mengusung calon presiden (capres) Ketua Umum Airlangga Hartarto.
Menurutnya, langkah itu selain merupakan hasil keputusan dari Musyawarah Nasional Partai Golkar, juga berdasarkan pelajaran dari Pemilu 2019.
Dengan keserentakan pemilu itu, perjuangan kader menjadi double track dengan upaya memenangkan Pileg yang sejalan dengan memenanghkan Pilpres 2024.
“Salah satu pelajaran yang penting yang kita petik dari pilpres pileg 2019 yang lalu adalah bahwa ada keserentakan di dalam proses pileg dan pilpres, kalau kami mencalonkan presiden tentu kita harapkan memiliki kesamaan perjuangan, kira-kira begitu,” ujarnya dalam acara diskusi bertajuk “Membaca Peta Koalisi dan Potensi Kontestasi 2024” bersama pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago di Gedung DPR, Kamis (14/10/2021).
Ace menilai, ditetapkannya Airlangga sebagai capres adalah dari keinginan semua peserta musyawarah nasional (munas) dari mulai tingkat kabupaten kota, provinsi dan tingkat DPD partai Golkar.
Menurutnya, pada Pilkada 2020, Golkar sukses menguasai 62 persen kepala daerah sebagai salah satu prestasi Airlangga dan Golkar.
Baca Juga
Ace juga mengatakan, tidak ingin mencalonkan Airlangga saat mendekati waktu pemilu, karena persiapan dan sosialisasinya butuh waktu.
“Dalam konteks Pilpres 2024 nanti, kami memang sudah dari sejak awal dalam posisi untuk mencalonkan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden dan kini semua kader siap untuk mengamankan pencalonan tersebut,” ujarnya.
Dia optimistis tidak ada persoalan dengan persyaratan mngusung calon presiden dengan dukungan 20 persen suara di parlemen, dan atau 25 persen raihan suara nasional pada Pemilu 2019.
“Partai Golkar sendiri hanya butuh satu partai untuk bisa mencalonkan Pak Airlangga dan nanti capresnya dengan siapa, ya tergantung dari proses dinamika dari komunikasi-komunikasi politik yang dilakukan dengan partai-partai yang lain,” katanya.
Sementara itu, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaga survei Voxpol Center and Consulting yang dipimpinnya, akan ada tiga poros capres dengan masing-masing king maker (penentu).
Selain Presiden Jokowi, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono akan menjadi penentu dari ketiga poros tersebut.
Sedangkan, tiga nama yang masih mendominasi capres saat ini adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Dia mengatakan, peluang pasangan calon presiden- Prabowo-Puan Maharani cukup terbuka selain Ganjar-Erik Tohir, dan Anies-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Akan tetapi, Ganjar maupun Anies harus mendapat tiket dari partai pengusung karena keduanya bukan penentu di partai.