Bisnis.com, JAKARTA - Pekan lalu, militan Taliban mengambil alih pemerintahan Afganistan. Kekacauan yang terjadi di Afghanistan menimbulkan pertanyaan, ke manakah militer dan pasukan Elit ANA Commando Corps?
Seperti diketahui, Taliban merebut Ibu Kota Kabul pada Minggu (15/8/2021), setelah sebelumnya merebut kota-kota besar lainnya di Afghanistan.
Afghanistan memiliki pasukan elit bernama Afghan National Army Commando Corps atau ANA Commando Corps. Pasukan ini dibentuk dari beberapa batalion yang ada di Angkatan Darat Afghanistan. Lantas, apa sebenarnya tugas ANA Commando Corps?
Dilansir dari Tempo.co, ANA Commando Corps didirikan persisnya pada awal 2007, dimana pasukannya berasal dari batalion-batalion di Angkatan Darat Afghanistan.
Prajurit yang terpilih masuk ANA Commando Corps akan diberikan pelatihan khusus dan diberi perlengkapan yang berbeda dibanding militer lain. Selanjutnya, mereka dilatih lagi di batalion Ranger Regimen di Amerika Serikat.
Berdasarkan data, jumlah militer Afganistan mencapai 300 ribu pasukan. Adapun, ANA Commando Corps hanya berkisar 7 persen dari total pasukan militer Afghanistan.
Walaupun jumlahnya sedikit, pasukan ini memerangi sekitar 75 persen pertempuran melawan Taliban dan kelompok radikal lainnya di wilayah Afganistan.
Operasi pertama dilakukan pasukan ANA Commando Corps adalah sebuah misi selama dua hari pada September 2007 di wilayah selatan Jalalabad, distrik Sherzad, provinsi Nangarhar. Di sana, mereka menyita senjata, lebih dari 80 kilogram opium dan menahan Shir Khan, sosok yang dikenal sebagai pembuat alat peledak.
Ketika saat ini Afganistan jatuh ke tangan Taliban, pertanyaan lainnya pun muncul, bagaimana militer Afghanistan bisa hancur? Ada pihak yang mengatakan kehancuran pemerintahan demokrasi Afgansitan tidak terjadi dalam tempo sepekan.
Kejatuhan tersebut sudah terjadi berbulan-bulan lalu atau akumulasi dari kekalahan demi kekalahan, yang terjadi sebelum Presiden Joe Biden mengumumkan menarik pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan.
Justine Fleischner, Analis dari Conflict Armament Research yang berkantor pusat di Inggris mengatakan Amerika Serikat harus punya cara yang bagus dalam memantau peralatan tempur yang diberikan ke sekutu-sekutunya.
"Amerika Serikat harus berbuat lebih banyak untuk memastikan peralatan tempur tersebut digunakan oleh tentara Afganistan dan dipantau serta di inventaris dengan ketat," kata Justine Fleischner.