Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dualisme 'Penguasa' di Kasepuhan Cirebon, Kubu Rahardjo Angkat Diri Jadi Sultan

Saat ini ada dua pihak yang mengklaim sebagai raja di Kasultanan Kasepuhan yakni Rahardjo yang bergelat Sultan Aloeda II dan PRA Luqman Zulkaedin atau Sultan Sepuh XV.
Gerbang Keraton Kasepuhan Cirebon./Bisnis-Gloria Fransisca Katharina Lawi
Gerbang Keraton Kasepuhan Cirebon./Bisnis-Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bisnis.com, JAKARTA – Konflik suksesi di lingkungan Kraton Kasepuhan Cirebon sepertinya belum usai.

Pasalnya, kubu Dewan Kelungguhan telah mengangkat Rahardjo Djali sebagai Sultan Kasepuhan Cirebon pada Rabu kemarin. Alhasil, saat ini ada dua pihak yang mengklaim sebagai raja di Kasultanan tersebut yakni Rahardjo yang bergelat Sultan Aloeda II dan PRA Luqman Zulkaedin atau Sultan Sepuh XV.

Rahardjo secara genealogis adalah buyut dari Pangeran Rajaningkrat. Sementara PRA Luqman Zulkaedin adalah putra dari Sultan Sepuh XIII.

Adapun proses pengangkatan sultan atau dikenal dengan istilah jumenengan dilakukan di Omah Kulon, salah satu bangunan yang ada di dalam Keraton Kasepuhan, Cirebon.

Jumenengan dilakukan terbatas dan hanya di lingkungan keluarga pada Rabu, 18 Agustus 2021. “Untuk menjaga kesakralan,” ungkap Rahardjo dilansir dari Tempo, Kamis (19/8/2021).

Prosesi jumenengan juga diklaim telah memenuhi persyaratan sebagaimana Prabu Siliwangi mengangkat mbah Kuwu Cirebon, paman Sunan Gunung Jati, sebagai pimpinan di Cirebon.

Yaitu terdiri dari keris, sebagai tanda kekuasaan, songsong atau payung sebagai pelindung dan umbul-umbul. Jumenengan Rahardjo dilakukan oleh Dewan Kelungguhan. Selanjutnya Rahardjo menyandang gelar Sultan Aloeda II Keraton Kasepuhan.

Konflik di Keraton Kasepuhan sudah terjadi sejak Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat sakit hingga mangkat pada 22 Juli 2020 lalu. Saat almarhum Sultan Sepuh XIII menjalani perawatan di rumah sakit, Rahardjo sempat datang ke keraton dan melakukan aksi gembok pintu Bangsal Dalem Arum Keraton Kasepuhan.

Setelah Sultan Sepuh XIII mangkat dan digantikan oleh sang anak, Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin, Rahardjo kemudian mengangkat dirinya sebagai polmak atau pelaksana tugas kesultanan Kasepuhan.

“Kami tidak pernah menciptakan kegaduhan,” tegas Rahardjo. Menurut Rahardjo mereka menginginkan suksesi secara damai dan hanya ingin meluruskan sejarah. “Sebagai zuriyah dari Kanjeng Sunan Gunun Jati, kami berupaya meluruskan sejarah dan melakukan suksesi secara damai,” ungkap Rahardjo.

Saat ditanyakan langkah apa yang akan mereka lakukan menurut Rahardjo dalam beberapa hari ke depan dirinya segera berkirim surat kepada instansi pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi hingga Cirebon. Isinya memberitahukan telah terjadi suksesi di Keraton Kasepuhan. Dirinya pun telah membuat perangkat untuk membantu kerja kesultanan Kasepuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Selanjutnya
Penulis : Newswire
Editor : Edi Suwiknyo
Sumber : Tempo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper