China Mungkin Membantu
China sendiri kemungkinan mengulurkan tangannya demi pemerintah yang stabil di Afghanistan karena stabilitas di Afghanistan bakal mengamankan aset-aset ekonomi dan Prakarsa Sabuk dan Jalan di Asia Tengah dan Pakistan.
China, Iran dan Rusia adalah pihak yang paling senang AS hengkang dari Afghanistan yang tepat berada di depan hidung mereka. Tetapi mereka, dan semua negara yang berkepentingan dengan Afghanistan, akan terus melihat apa yang akan dilakukan Taliban.
Jika benar berwajah rekonsiliatif, toleran dan inklusif, maka sikap negara-negara itu bakal benar-benar positif untuk kemudian membantu Taliban menggerakkan Afghanistan ke arah lebih baik.
Tapi jika pesan rekonsiliasi itu retorika belaka, maka negara-negara itu bakal mundur, bahkan mungkin bersiap menghadapi kemungkinan terburuk di mana Rusia saja sudah ancang-ancang dengan menggelar latihan bersama Tajikistan.
Bukan hanya itu, konflik internal bisa terus terjadi di Afghanistan, apalagi bibit konflik tetap besar, bahkan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh bersumpah akan melawan Taliban dari Lembah Panjshir yang tak bisa dijamah siapa pun, termasuk Uni Soviet dan Taliban pada 1990-an.
Jika konflik sampai mengundang kembali masuknya terorisme ke sana, maka bukan hanya AS dan Barat, tapi tetangga-tetangga Afghanistan bakal bertindak dalam kapasitasnya masing-masing, walaupun intervensi tak lagi dilakukan dengan pendudukan militer dalam waktu lama.
Oleh karena itu, Taliban harus serius menunjukkan wajah rekonsiliatif dan inklusifnya seperti mereka janjikan dan diminta oleh negara-negara seperti Qatar dan Saudi yang sangat mereka dengar.
Taliban sendiri sepertinya sudah belajar dari pengalaman masa lalu bahwa negara majemuk seperti Afghanistan yang membutuhkan rekonsiliasi dan inklusivitas untuk mengakhiri perpecahan guna menyatukan dan memajukan dirinya yang sungguh tugas yang jauh lebih berat ketimbang ekspedisi militer.