Bisnis.com, JAKARTA – Virus Corona varian Delta (B.1.617.2) terbukti lebih berbahaya disbanding Virus Corona awal yang muncul di Kota Wuhan, China.
Berdasarkan informasi yang dikutip dari keterangan dokter Adam Prabata di akun Instagram @adamprabata yang dilihat Jumat (18/6/2021), bahwa Virus Corona hasil mutasi yang berasal dari India ini, sekitar 3 kali lebih menular dibanding virus awal.
Adam menyebut, seseorang yang terinfeksi varian Delta bisa menularkan Covid-19 kepada 8 orang, sementara Virus Corona awal hanya menularkan kepada 2 orang.
Dikatakan, varian delta juga lebih berbahaya karena 2,16 kali meningkatkan risiko rawat inap di rumah sakit, dan 1,67 kali meningkatkan risiko membutuhkan penanganan gawat darurat.
Lebih lanjut, Adam menyebut bahwa varian Delta masih bisa terdeteksi oleh pemeriksaan berbasis metode polymerase chain reaction (PCR).
“Informasi yang beredar tentang varian Delta tidak bisa terdeteksi PCR adalah tidak tepat,” ujarnya.
Baca Juga
Soal gejala, Adam menyebut, bahwa belum pasti gejala yang dialami orang terinfeksi varian Delta berbeda dengan Virus Corona awal.
Hingga saat ini, katanya, belum ada hasil penelitian atau laporan hasil terpublikasi yan menunjukkan varian Delta memiliki gejala berbeda.
Kandidat PhD di Universitas Kobe ini menambahkan, bahwa varian Delta berpotensi menurunkan efektivitas vaksin Covid-19 yang ada saat ini.
Dia mencontohkan vaksin yang diproduksi Pfizer dan AstraZeneca bila diberikan hanya dalam satu dosis, maka efektivitas berkurang. Tapi, bila diberikan dalam dua dosis, maka efektivitasnya terjaga.
Sebelumnya, sampai dengan 13 Juni 2021, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut, di Indonesia sudah ada 145 kasus.
Varian Alpha sebanyak 36 kasus, varian Beta sebanyak 5 kasus, dan varian Delta paling tinggi yaitu 104 kasus.
Adapun, detailnya di Kepulauan Riau 1 kasus varian Alpha, yang ditemukan di Batam. Selanjutnya, di Sumatra Utara ditemukan 2 kasus varian Alpha, ditemukan di Medan dan Tanjung Balai.
Kemudian, di Sumatra Selatan ditemukan 4 kasus, varian Alpha 1 kasus dan Delta 3 kasus yang ditemukan di Palembang, Prabumulih, dan Penukai Abab Pematang Ilir.
Selanjutnya, di Riau ditemukan 1 kasus varian Alpha yang ditemukan di Dumai. Di DKI Jakarta ditemukan 48 kasus, terdiri atas 24 kasus varian Alpha, 4 kasus varian Beta, dan 20 kasus varian Delta, yang tersebar di Brebes, Cilacap, dan Kudus.
Lebih lanjut, ditemukan 2 kasus varian Alpha di Jawa Barat, yang ditemukan di Karawang. Di Jawa Timur ditemukan 3 kasus dengan 2 kasus varian Alpha dan 1 kasus varian Beta, yang tersebar di Surabaya.
Di Bali, ditemukan 1 kasus varian Alpha, yang ditemukan di Denpasar. Di Kalimantan Tengah, tercatat ada 3 kasus yang seluruhnya merupakan varian Delta dan tersebar di Gunung Mas dan Palangka Raya.
Selanjutnya, di Kalimantan Selatan ditemukan 1 kasus carian Alpha di Tapin. Kemudian, di Kalimantan Timur ditemukan 3 kasus varian Delta yang tersebar di Samarinda.