Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Informasi Terkini Vaksin Merah Putih yang Dikembangkan 7 Lembaga

Vaksin Merah Putih dikembangkan untu percepatan program vaksinasi. Namun, jika belum siap dalam waktu dekat, vaksin yang sedang dikembangkan bisa menjadi alternatif ketersediaan vaksin atau sebagai booster.
Setelah masuk Tim Nasional Pengembangan Vaksin Merah Putih untuk mendukung kemandirian vaksin dalam negeri, LIPI harus bekerja keras untuk mewujudkan vaksin tersebut. /LIPI
Setelah masuk Tim Nasional Pengembangan Vaksin Merah Putih untuk mendukung kemandirian vaksin dalam negeri, LIPI harus bekerja keras untuk mewujudkan vaksin tersebut. /LIPI

Bisnis.com, JAKARTA – Selain mengandalkan vaksin buatan luar negeri seperti dari Sinovac dan AstraZeneca, Indonesia juga tengah megupayakan pengembangan vaksin di dalam negeri melalui program Vaksin Merah Putih.

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ismunandar menjelaskan, bahwa ada tujuh lembaga yang tengah berupaya mengembangan Vaksin Merah Putih, yaitu LBM Eijkman, Universitas Airlangga, LIPI, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Univeristas Gajah Mada, dan Univeristas Padjadjaran.

Ismunandar mengungkapkan, untuk vaksin yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman menggunakan platform protein rekombinan, yang berbasis pada mamalia atau yeast. Adapun, mitra industri akan memproduksi adalah Bio Farma.

“Saat ini kemajuannya, sudah meneliti virusnya bersama-sama LBM Eijkman dan Bio Farma dalam skala pilot. Diperkirakan uji praklinis akan dilakukan mulai November 2021, untuk selanjutnya uji klinis mulai Januari – Agustus 2022, dan EUA-nya diharapkan keluar September 2022,” jelasnya pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (16/6/2021).

Berikutnya, Universitas Airlangga mengembangkan platform berbasis virus yang diinaktivasi.

Mitra industrinya adalah PT Biotis Pharmaceuticals dan progresnya saat ini sedang melalui tahapan uji praklinis di fasilitas Biotis.

“Diperkirakan clinical lots-nya akan keluar pada Agustus 2021, dan akan dilanjutkan uji klinis 1-3, kalau semua lancar EUA-nya bisa didapat pada Maret 2022, sedikit lebih cepat dari yang dikembangkan Eijkman kalau semuanya lancar,” imbuh Ismunandar.

Selanjutnya dari LIPI, agak mirip dengan Eijkman, menggunakan platform berbasis protein rekombinan, namun dilakukan fusi antara RBD dengan Foldon.

Untuk mitra industrinya saat ini masih dalam penjajakan, dan rencananya akan bekerja sama juga dengan PT Bio Farma.

“Saat ini perkembangannya sudah diperoleh protein rekombinan fusinya, sedang pengolahan data, pelaporan dan draf lainnya,” jelasnya.

Bibit vaksinnya diperkirakan akan siap pada Agustus 2021. Kemudian, uji praklinisnya akan dilakukan pada Januari 2022, uji klinis pada April-Desember 2022, dan mendapat EUA diharapkan pada Januari 2023.

Riset UI

Selanjutnya, perkembangan di Universitas Indonesia (UI) saat ini tengah mengembangkan tiga platform. Ada DNA, RNA, dan mencoba platform virus like particles.

“Sama dengan yang di LIPI, mitranya masih penjajakan, sekarang sedang dilakukan penyelesaian perjanjian kerja sama dengan PT Etana. Kalau kita lihat progresnya sampai 5 Juni 2021, sudah dilakukan penyelesaian perjanjian,” ujarnya.

Kemudian, penelitian penyesuaian produksi skala industri dan formulasi vaksin sudah dimulai. Untuk platform DNA, bibit vaksin diharapkan keluar pada Oktober 2021, platform RNA Januari 2022, dan virus like pada Juni 2022.

“Tahap praklinisnya, yang platform DNA akan dapat melakukan uji klinis Januari – Juni 2022, dan EUA Juli 2022. Yang lainnya belum didetilkan lebih lanjut,” imbuhnya.

Dari ITB, ada 2 platform yang digunakan, yaitu adenovirus dan protein rekombinan. Progresnya saat ini sudah berhasil diproduksi, dalam tahap perbanyakan untuk uji imunogenisitas.

Diperkirakan pada Agustus/November 2021 sudah bisa dilakukan uji imunogensitas, dan untuk protein rekombinan bisa dilakukan uji imunogenisitas pada Juni – September 2022.

Riset UGM

Selanjutnya dari UGM, mengembangkan vaksin menggunakan platform protein rekombinan dan belum ada konfirmasi dari mitra industri yang akan menghilirkan. Progresnya sampai saat ini untuk sistem prokaryote, isolasi, karakterisasi, dan purifikasi sudah dilakukan.

“Untuk sistem sel ke mamalia sudah dilakukan, adjuvant telah dilakukan dengan model antigen, dan dilakukan uji toksisitas in vitronya. Akhir 2021 diperkirakan sudah bisa dilakukan uji imunogenisitas pada mencit,” jelasnya.

Terakhir, dari Unpad, ada dua platform yang dicoba, itu protein rekombinan dan peptida, dan IgY anti-RBD Spike sebagai kandidat vaksin pasif. Mitra industri yang bersedia adalah Bio Farma.

“Saat ini sudah dilakukan pegajuan untuk penggunaan hewan coba. Bibit vaksinnya diperkirakan pada September tahun ini, uji praklinis diharapkan bisa dilakukan pada Oktober 2021, dan kemudian diuji klinis tahap 1-3 dan selesai pada September 2022, dan akan mendapatkan EUA pada September 2022,” kata Ismunandar.

Dalam pengembangan Vaksin Merah Putih, Ismunandar menjelaskan memang urgensinya adalah untuk melakukan percepatan program vaksinasi. Namun, jika belum siap dalam waktu dekat, vaksin yang sedang dikembangkan bisa menjadi alternatif ketersediaan vaksin atau sebagai booster.

“Karena kita belum tahu apakah vaksin yang kita peroleh akan bisa mempertahankan imunitas kita atau perlu booster. Atau untuk mengantisipasi varian virus baru,” jelasnya.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper