Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat kesehatan melaporkan bahwa sebagian masyarakat Filipina menolak untuk disuntik vaksin Sinovac dari China.
Anthony Leachon, mantan penasihat senior gugus tugas Covid-19 Filipina, mengatakan alasan masyarakat menolak vaksin Sinovac dari China, karena rekam jejaknya. Masyarakat negara tersebut juga meyakini bahwa Pfizer juga lebih baik dibandingkan Sinovac.
“Saya pikir ini adalah rekam jejak Pfizer untuk memproduksi obat-obatan berkualitas yang terbukti keampuhan dan keamanannya. Produk mereka adalah hasil penelitian dan pengembangan yang sangat baik," seperti dikutip dari CTN News, Senin (31/5/2021).
Menurut Manila Times, Filipina mendapatkan 5,5 juta dosis vaksin Sinovac, 2,5 juta dosis AstraZeneca, dan 193.000 dosis Pfizer. Pada pekan lalu, masyarakat Filipina berbondong-bondong antrean tanpa memperhatikan jaga jarak untuk mendapatkan vaksin Pfizer.
Pejabat kesehatan di negara tersebut memperkirakan Filipina membutuhkan sekitar suntikkan hingga 70 juta dari 110 juta populasinya untuk mencapai kekebalan kawanan. Namun, target tersebut telah direvisi turun menjadi 58 juta.
Program vaksinasi Filipina dimulai pada 1 Maret dan per 24 Mei hanya 986.929 orang Filipina yang telah diimunisasi.
Menanggapi penolakan vaksin Sinovac China, Presiden Rodrigo Duterte mengatakan pada 18 Mei bahwa orang tidak dapat lagi diberikan pilihan vaksin. “Apakah Anda seorang jutawan atau orang miskin, Anda mendapatkan apa yang diberikan kepada Anda. Anda tidak bisa memilih," katanya di televisi.
Sekarang penerima vaksin di Filipina tidak akan diberi tahu merek vaksin apa yang digunakan sampai mereka berada di pusat, pada titik mana mereka masih bisa menolak tetapi perlu memesan ulang.
Sebelum intervensi Duterte, penerima vaksin bisa memilih vaksin yang mereka inginkan tanpa memperhatikan ketersediaan merek vaksin yang diinginkan.