Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Selandia Baru mengakui khawatir atas dampak memburuknya hubungan perdagangan antara China dan Australia. Kekhawatiran itu timbul akibat tingginya ketergantungan Selandia Baru pada sektor ekspor.
Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta memperingatkan agar para eksportir melakukan diversifikasi agar dapat bertahan dari dampak memburuknya hubungan Negeri Kiwi tersebut dengan Beijing.
Komentar Mahuta keluar saat pemerintah Selandia Baru menghadapi tekanan yang meningkat untuk mengambil sikap lebih tegas atas pelanggaran hak asasi manusia dan tindakan keras oleh China. Seperti diketahui, selama ini China dicecar isu HAM terkait warga Uighur di Xinjiang.
Mahuta menyoroti potensi dampak negatif bagi negara-negara yang memprovokasi kemarahan Beijing.
Negara tetangga, Australia, saat ini sedang dalam perang perdagangan yang mendalam dengan China.
Mahuta mengibaratkan posisi negerinya berada di pusat badai, yang dapat dengan mudah melanda Selandia Baru.
Baca Juga
“Kami tidak dapat mengabaikan, jelas, apa yang terjadi di Australia dengan hubungan mereka dengan China. Jika mereka dekat dengan pusaran badai, kita harus bertanya pada diri sendiri mungkin hanya masalah waktu sebelum badai mendekati kita," katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Selasa (25/5/2021).
Itu merupakan salah satu pernyataan yang lebih jujur atas kerentanan ketergantungan perdagangan Selandia Baru pada China.
Hal itu juga petunjuk yang jelas bagi eksportir lokal bahwa mereka harus berusaha melakukan diversifikasi ekspor dan tidak bergantung banyak pada China.
“Sinyal yang saya kirimkan ke eksportir adalah bahwa mereka perlu memikirkan tentang diversifikasi dalam konteks ini,” ujarnya.
Mahuta menegaskan wabah Covid-19 telah menjauhkan hubungan kedua negara. Akibatnya Selandia Baru pun khawatir hubungan perdagangan dengan China terganggu.
China menyumbang lebih dari US$33 miliar atas total perdagangan Selandia Baru. Nilai itu hampir 30 persen dari keseluruhan ekspor.
Kini, Selandia Baru sedang menjalani hubungan yang sulit dengan China. Selandia Baru berusaha mempertahankan hubungan perdagangan yang kuat dengan China, sambil tetap mengkritik pelanggaran hak asasi manusia atau hukum internasional.
Perkembangannya, dalam beberapa tahun terakhir, posisi tersebut semakin sulit dipertahankan.