Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Kritik Penanganan Pandemi India, Ahli Virologi Ini Langsung Mundur Diri

Menurut ilmuwan tersebut, kasus Covid-19 pada gelombang kedua tidak akan turun secara stabil seperti yang terjadi setelah gelombang pertama.
Sejumlah pasien Covid-19 dirawat di dalam bangsal yang penuh sesak di sebuah rumah sakit di New Delhi, India, Sabtu (1/5/2021)./Antara/Reuters-Danish Siddiqui
Sejumlah pasien Covid-19 dirawat di dalam bangsal yang penuh sesak di sebuah rumah sakit di New Delhi, India, Sabtu (1/5/2021)./Antara/Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA - Ahli virologi senior India Shahid Jameel mengundurkan diri dari forum penasihat ilmiah yang dibentuk oleh pemerintah untuk mendeteksi varian virus Corona. Pengunduran dirinya dilakukan beberapa minggu setelah mengkritik pemerintah atas penanganan pandemi Covid-19.

Masih belum jelas, mengapa Shahid Jameel, ketua kelompok penasihat ilmiah di forum yang dikenal sebagai INSACOG keluar dari panel itu.

"Saya tidak berkewajiban memberikan alasan," katanya dalam sebuah pesan teks, dilansir One India, Senin (17/5/2021).

Menurut ilmuwan tersebut, kasus Covid-19 pada gelombang kedua tidak akan turun secara stabil seperti yang terjadi setelah gelombang pertama.

"Pada gelombang pertama, kami memang melihat penurunan yang stabil. Tapi ingat kali ini kami memulai dari angka yang lebih tinggi. Daripada 96.000-97.000 kasus, kami memulai dari lebih dari 400.000. Jadi itu akan memakan waktu lebih lama. Dan selama proses di setiap titik waktu, Anda akan menghadapi banyak kasus," ujar Jameel.

Dalam pandangannya, data kematian aktual untuk India sepenuhnya salah karena metode pencatatan yang keliru.

Ahli virus terkenal itu juga mengatakan orang memberi kesempatan kepada virus untuk tidak hanya menyebar tetapi juga untuk menularkan dengan cepat dengan tidak mengikuti protokol Covid-19.

"Pada Desember lalu kasusnya terus menurun, kami mulai percaya pada narasi [kekebalan] ini. Ada banyak pernikahan besar yang kami adakan pada Januari dan Februari. Jadi peristiwa penyebaran super terjadi, " dia menambahkan.

Dia mengutip "peristiwa penyebaran super" lainnya, termasuk demonstrasi pemilihan umum dan kongregasi religius, sebagai penyebab tingginya jumlah kasus di gelombang kedua.

Selain itu, cakupan vaksin adalah masalah yang menjadi perhatian dalam pandangannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper