Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Majelis Ulama Indonesia Cholil Nafis mengapresiasi langkah Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi meminta maaf usai pernyataan Presiden Joko Widodo terkait bipang Ambawang heboh.
Melalui akun Twitternya, Cholil mengatakan permintaan maaf tersebut mengakhiri polemik yang muncul di linimasa. Menurutnya, lebih baik meminta maaf daripada membela polemik.
“Ya baiknya begitu, minta maaf kalau salah daripada membelanya tak karuan bikin polemik saat akhir Ramadan. Mari teladani pemimpin yang baik dan meminta maaf saat teledor,” katanya melalui Twitter, Senin (10/5/2021).
Cholil pun berterima kasih karena debat kusir bisa diakhiri.
“Makasi Mendag yang telah mengakhiri debat kusir tak karuan dengan para pendukungnya,” terang Cholil.
Sebelumnya, Presden Joko Widodo meminta agar masyarakat yang rindu mudik memesan makanan khas daerah masing-masing secara daring.
“Yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasanya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online. Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, pempek Palembang, bipang Ambawang dari Kalimantan dan lainnya, tinggal pesan,” kata Presiden.
Sejak bipang Ambawang heboh di linimasa, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi ikut memberikan klarifikasi. Menurutnya, masyarakat harus melihat dalam konteks secara keseluruhan pernyataan Presiden tersebut.
“Pernyataan Presiden ada dalam video yang mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai dan membeli produk lokal,” katanya.
Pernyataan itu lanjutnya ditujukan untuk seluruh masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku agama dan budaya serta kekayaan kuliner nusantara.
“Setiap makanan menjadi kekhasan dan menjadi makanan favorit lokal. Jadi sekali lagi kuliner khas daerah yang disebut Bapak Presiden tersebut adalah untuk mempromosikan kuliner Nusantara yang memang sangat beragam,” ujarnya.
Mendag juga meminta maaf lantaran video tersebut menuai kesalahpahaman. Luthfi menyebut hanya ingin masyarakat bangga atas produksi dalam negeri termasuk kuliner khas daerah.