Bisnis.com, JAKARTA – Dua bulan berjalan, termasuk dalam daftar yang diprioritaskan dan harus didahulukan, vaksinasi lansia tetap berjalan lambat.
Sampai dengan Rabu (14/4/2021), dari target penyuntikan kepada 21.553.118 lansia, baru mencapai 9,81 persen untuk dosis pertama atau tepatnya kepada 2.113.685 orang. Sementara itu, untuk dosis kedua baru 3,42 persen atau 737.987 orang.
Pemerintah juga telah melakukan beragam upaya untuk memacu vaksinasi kepada lansia. Pasalnya, Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan, bahwa lansia harus divaksin, karena 12 persen kasus Covid-19 terjadi pada lansia.
Dari keseluruhan kasus, 50 persen kematian terjadi pada lansia. Lantaran proporsinya sangat besar, sehingga perlu pencegahan dengan vaksinasi.
“Ini sama seperti, 1 dari 3 pasien Covid-19 itu lansia, dan 1 dari 3 yang meninggal itu lansia,” jelas Dirga.
Banyak Kendala
Baca Juga
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 untuk Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, bahwa pemberian vaksin untuk lansia memang masih menghadapi sejumlah kendala. Di antaranya: masih banyak kabupaten kota, tepatnya 36 kabupaten/kota yang belum memulai vaksinasi lansia.
“Banyak kabupaten/kota dengan pasokan vaksin yang ada masih memprioritaskan pelayanan publik terlebih dulu,” terang Nadia.
Kendala selanjutnya, beberapa provinsi besar yang harusnya menjadi pusat penyuntikan vaksin untuk lansia belum mencapai target yang diharapkan, seperti di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, angka vaksinasinya masih rendah, sehingga masih perlu dilakukan akselerasi.
Dari sisi lansia sendiri, kata Nadia, ada beberapa kendala yang dihadapi. Pertama, lansia masih merasa takut karena kurangnya sosialisasi atau informasi bahwa sekarang lansia dapat prioritas untuk dapat vaksin.
“Meskipun sudah diberitahukan, kalau nanti di sentra vaksin akan tetap patuh protokol kesehatan, masih ada keraguan bagi orang di atas 60 tahun, karena kita tahu di awal risiko kerentanan lansia tinggi, sehingga mereka harus mengurangi aktivitas di luar rumah,” kata Nadia.
Kemudian, ada kemungkinan lansia mempunyai keterbatasan fisik untuk datang ke tempat vaksinasi, sehingga harus ditemani anak atau keluarga.
“Sementara, jadwal yang sudah tersedia tidak pas dengan yang menemani. Atau, lansia hidupnya sudah terpisah dari keluarga, atau ada keterbatasan finansial, sehingga mereka tidak bisa datang ke sentra vaksinasi, ini yang membuat makin sulit,” kata Nadia.
Kemudian, untuk mendapat vaksin, lansia harus mendaftar. Karena pendaftaran dilakukan secara daring, ada kemungkinan para lansia tidak paham cara daftarnya, sehingga harus dibantu.
“Hal-hal ini yang akan kita coba buat upaya-upaya untuk membantu lansia dalam mengakses pusat vaksinasi yang ada,” imbuh Nadia.
100 Juta Dosis
Di samping itu, persoalan keterbatasan pasokan vaksin makin membatasi masyarakat untuk divaksinasi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, setidaknya ada 100 juta dosis vaksin yang nasibnya masih terombang-ambing untuk bisa masuk ke Indonesia.
“Yang bermasalah pertama Covax GAVI, karena ada embargo dari india, sehingga suplai pasokan AstraZeneca paling besar yang dari India terhambat, maka GAVI merealokasi. Vaksin yang harusnya kita terima 11 juta pada Maret-April ditunda semua jadi Mei, dan hanya dapat 1 juta. Selanjutnya mereka juga belum bisa memberi konfirmasi,” kata Budi.
Kemudian, AstraZeneca di Indonesia memberikan informasi bahwa mereka akan mengubah target produksi dari yang sebelumnya 50 juta dosis tahun ini, dimundurkan jadi hanya 20 juta dan 30 juta dosis sampai kuartal II/2022.
“Itu bukan sesuatu yang bisa kita terima, sehingga kita lakukan komunikasi dengan AstraZeneca. Jadi ada 100 juta dosis vaksin yang sampai sekarang, menjadi tidak pasti jadwalnya,” kata Budi.
Budi juga membuka kenyataan pahit bahwa di samping gangguan pasokan dari produsen vaksin, pada April ini Bio Farma juga akan melakukan regular maintenance fasilitas pabriknya, yang setiap 6 bulan dilakukan secara rutin.
“Sehingga April ini produksinya [Bio Farma] terendah. Itu kenapa April ini kita kurangi laju vaksinasi, karena memang dari rencana dari AstraZeneca itu tidak jadi masuk dan pas Bio Farma produksinya sedang rendah,” imbuh Budi.
Halangan tersebut berpotensi mengubah rencana awal program vaksinasi pemerintah dari 10 juta pada Januari-Februari, Maret-April 30 juta dosis, Mei-Juni 50 juta, dan Juli-Desember 250 juta.
Model Vaksinasi
Menkes juga mengatakan, bahwa pemerintah perlu menerapkan model baru untuk pelaksanaan vaksinasi demi mempercepat capaian vaksinasi tersebut. Pasalnya, lansia termasuk kelompok berisiko tinggi yang apabila tertular Virus Corona akan memperburuk kondisi kesehatan mereka.
“Saya ingin fokus ke lansia, namun lansia ini agak sulit juga memvaksinnya, ada yang ragu-ragu datang, mereka enggak lebih mobile dari yang lebih muda,” kata Budi mengutip keterangan resmi Kemenkes, Sabtu (27/3/2021).
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan model baru pelaksanaan vaksinasi bagi lansia agar mereka nyaman untuk segera disuntik. Model baru pelaksanaan vaksinasi yang sudah berjalan berupa sentra vaksinasi.
“Kita bikin sentra-sentra vaksinasi dan mendorong kerja sama–kerja sama dengan institusi yang bisa akses ke lansia seperti organisasi masyarakat keagamaan,” tuturnya.
Selain itu, akan menggunakan skema “Beli Dua Gratis Satu”.
"Jadi, saya nanti akan segera mengeluarkan kebijakan. Satu orang muda relawan boleh disuntik [vaksin Covid-19] asal bawa dua orang lansia, karena orangtua susah untuk diajak," ujar Budi.
Kemudian, Nadia juga mengatakan selama Ramadan, Kemenkes bakal mengupayakan untuk menjangkau masyarakat, terutama lansia melalui vaksinasi di masjid dan dilakukan pada malam hari.
Pelaksanaannya akan berkoordinasi dengan pengurus masjid, RT/RW, maupun puskesmas setempat.
“Ini juga salah satu upaya kita mempercepat vaksinasi lansia di atas usia 60 tahun. Dengan adanya vaksinasi di masjid-masjid akan memudahkan jamaah lansia yang mungkin punya kesulitan mendatangi lokasi sentra vaksinasi,” terangnya,