Bisnis.com, JAKARTA - Pakar kesehatan terkemuka dari seluruh dunia memperingatkan bahwa vaksinasi yang lambat dan distribusi yang tidak merata akan menjadi tidak efektif karena mutasi virus Corona baru akan muncul pada tahun depan.
Sebanyak tujuh puluh tujuh ilmuwan dari institusi akademis terkemuka seluruh dunia berpartisipasi dalam sebuah survei.
Sekitar 30 persen dari mereka menyatakan bahwa vaksin generasi kedua akan dibutuhkan segera dalam sembilan bulan, kecuali vaksin diproduksi dan didistribusikan secara lebih luas di seluruh dunia.
Hampir 90 persen dari para peneliti mengatakan banyaknya mutasi yang kebal terhadap vaksin kemungkinan besar karena “cakupan vaksin yang sangat rendah” di banyak negara, terutama negara berkembang.
Melihat perkembangan hingga kini, kemungkinan hanya 10 persen orang di sebagian besar negara miskin yang akan mendapat vaksin hingga tahun depan, menurut The People's Vaccine Alliance, sebuah koalisi yang terdiri lebih dari 50 organisasi.
Aliansi tersebut menyerukan pencabutan monopoli farmasi dan pembagian teknologi untuk segera meningkatkan pasokan vaksin.
Baca Juga
“Semakin banyak virus beredar, semakin besar kemungkinan munculnya mutasi dan varian, yang dapat membuat vaksin saat ini tidak efektif. Pada saat yang sama, negara-negara miskin tertinggal tanpa vaksin dan pasokan medis dasar seperti oksigen,” kata Devi Sridhar, profesor kesehatan masyarakat global di Universitas Edinburgh seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (31/3/2021).
“Seperti yang telah kita pelajari, virus tidak peduli dengan perbatasan negara. Kita harus memvaksinasi sebanyak mungkin orang di mana pun di duniai secepat mungkin. Mengapa menunggu dan menonton alih-alih menjadi yang terdepan?” katanya.
Menurut survei itu, 66 persen peneliti mengatakan manusia memiliki waktu satu tahun atau kurang sebelum virus bermutasi dan mayoritas vaksin generasi pertama "dianggap tidak efektif".
Sedangkan 18 persen peneliti yang disurvei mengatakan manusia memiliki enam bulan atau kurang, dan 33 persen memperkirakan sekitar sembilan bulan.
Karena itu, aliansi tersebut meminta semua perusahaan farmasi yang mengerjakan vaksin Covid-19 untuk secara terbuka membagikan teknologi dan kekayaan intelektual mereka demi mempercepat produksi dan distribusi vaksin di seluruh dunia.