Bisnis.com, JAKARTA - Rusia dan China menyatakan akan menggagas pertemuan puncak (KTT) anggota tetap Dewan Keamanan PBB karena meningkatnya turbulensi politik setelah pihak Moskow menilai Amerika Serikat (AS) bertindak destruktif.
Kedua negara sekutu yang hubungannya dengan negara Barat semakin tegang tersebut menyerukan pertemuan puncak PBB dalam pernyataan bersama setelah pembicaraan antara menteri luar negeri kedua negara kemarin.
"Pada saat gejolak politik global meningkat, pertemuan puncak anggota tetap Dewan Keamanan PBB sangat diperlukan untuk membangun dialog langsung tentang cara-cara untuk menyelesaikan masalah bersama umat manusia demi kepentingan menjaga stabilitas global," menurut pernyataan bersama yang diterbitkan di situs web kementerian luar negeri Rusia seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (24/3/2021).
Moskow dilaporkan telah lama secara sepihak mendorong KTT semacam itu.
Pernyataan tersebut tidak menyebut nama AS, tapi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang dikutip oleh kantor berita TASS, mengatakan pada konferensi pers setelah pembicaraan dengan mitranya dari China, Wang Yi bahwa Moskow dan Beijing sama-sama tidak senang dengan perilaku AS.
Washington, seperti dikutip TASS, disebut mengandalkan aliansi militer dan politik era Perang Dingin untuk mencoba menghancurkan arsitektur hukum internasional. Akibatnya, hubungan kedua negara dengan Washington tegang.
Baca Juga
Para pejabat AS dan China pada Jumat (19/3/2021), menyimpulkan apa yang disebut Washington sebagai perundingan "keras dan langsung" di Alaska, sementara duta besar Rusia kembali ke Moskow untuk melakukan pembicaraan setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan dia yakin Presiden Vladimir Putin adalah seorang “pembunuh”.
Saat memulai perjalanan dua hari ke China kemarin, Lavrov mengeluarkan seruan kepada Moskow dan Beijing untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS.
Pernyataan bersama hari Selasa (23/3/2021) itu mendesak negara-negara lain untuk menahan diri dari campur tangan dalam urusan domestik Rusia dan China.
Lavrov juga mengatakan Rusia dan China menganggap berbagai sanksi Eropa dan Barat tidak dapat diterima.