Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Brasil Kembali Catat Rekor, 282.000 Orang Meninggal Akibat Covid-19

54 persen orang Brasil memandang penanganan pandemi oleh presiden buruk atau mengerikan.
Seorang pria berlari melewati ratusan makam yang digali oleh aktivis LSM Rio de Paz di Pantai Copacabana, menyimbolkan warga yang meninggal dunia akibat penyakit  Covid-19 di Rio de Janeiro, Brasil, Kamis (11/6/2020)./Antara-Reuters
Seorang pria berlari melewati ratusan makam yang digali oleh aktivis LSM Rio de Paz di Pantai Copacabana, menyimbolkan warga yang meninggal dunia akibat penyakit Covid-19 di Rio de Janeiro, Brasil, Kamis (11/6/2020)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Brasil melaporkan rekor satu hari 90.303 kasus baru Covid-19 setelah negara Amerika Selatan itu terus bergulat dengan meningkatnya infeksi dan kematian akibat Virus Corona.

Kementerian kesehatan Brasil mengatakan kemarin bahwa 2.648 kematian tambahan tercatat selama periode 24 jam sebelumnya, sehingga menjadikan kematian total di negara itu lebih dari 282.000 orang atau kedua tertinggi setelah Amerika Serikat (AS).

Menteri kesehatan Brasil mengatakan, akan mengikuti rencana Bolsonaro saat Covid-19 melonjak di Brasil. Pasalnya, sehari sebelumnya, Brasil mencatat 2.841 kematian tambahan yang juga merupakan rekor satu hari.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro menghadapi tekanan yang meningkat untuk mengendalikan lonjakan pandemi karena ketidakpuasan publik atas penanganan krisis yang semakin meningkat.

Awal pekan ini, pemimpin sayap kanan itu menunjuk menteri kesehatan baru, Marcelo Queiroga. Ahli jantung itu menggantikan Eduardo Pazuello, seorang jenderal angkatan darat yang dikritik karena tidak memiliki pengalaman medis.

Bolsonaro sejak awal skeptis terhadap Covid-19 dan telah menghindari tindakan kesehatan masyarakat seperti pemakaian masker dan jarak sosial. Pada awal pekan ini, dia mengatakan Brasil memasuki "fase yang lebih agresif" dalam perang melawan virus.

Hal itu disampaikan Queiroga. Menurutnya, presiden telah menjanjikan kepadanya "otonomi" dalam kebijakan pandemi.

“Kami berencana untuk mengurangi jumlah kematian dengan dua poin utama: kebijakan jarak sosial untuk mengurangi penyebaran virus, dan memperluas kapasitas rumah sakit kami,” kata Queiroga dalam konferensi pers seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (18/3/2021).

Pihaknya percaya pada penelitian dan sains. Sementara itu, survei terbaru menemukan bahwa sebagian besar orang Brasil tidak setuju dengan tanggapan Bolsonaro terhadap krisis Covid-19. Jajak pendapat Datafolha yang dirilis Selasa  (16/3/2021) malam menunjukkan 54 persen orang Brasil memandang penanganan pandemi oleh presiden buruk atau mengerikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper