Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengatakan kepada Parlemen bahwa negara itu telah memasuki gelombang ketiga pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Castex, Selasa (16/3/2021) waktu setempat.
Castex menyebutkan rata-rata, dalam tujuh hari, kasus baru naik di atas 25.000 untuk pertama kalinya sejak 20 November 2020.
Otoritas kesehatan Prancis melaporkan 29.975 kasus baru atau melonjak 4,5 persen dibandingkan total Selasa lalu.
Angka itu mencatatkan kenaikan mingguan paling tajam dalam satu setengah bulan.
Laporan itu muncul setelah Prancis menghadapi peningkatan kasus-kasus baru, yang menyebabkan tekanan berat pada ketersediaan fasilitas rumah sakit.
Menurut para ahli kesehatan terkemuka hal itu hanya dapat dicegah dengan penguncian baru, demikian dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (17/3/2021).
Seperti negara Uni Eropa lainnya, Prancis tertinggal jauh dari Amerika Serikat atau Inggris dalam memvaksinasi penduduknya.
Presiden Emmanuel Macron masih berharap upaya vaksinasi dapat mencegah efek gelombang pandemi baru yang dipicu varian yang lebih menular. Dengan vaksinasi diharapkan Prancis tidak perlu melakukan penguncian nasional untuk ketiga kalinya.
Akan tetapi penangguhan penggunaan vaksin AstraZeneca yang diumumkan pada Senin, karena masalah keamanan, dapat membahayakan strategi pemerintah.
Kementerian Kesehatan mengatakan terdapat 4.239 pasien di unit perawatan intensif untuk Covid-19 atau meningkat 20 dalam 24 jam. Angka itu sekaligus merupakan yang tertinggi sejak hampir empat bulan.
Jumlah total orang yang dirawat di rumah sakit karena penyakit itu naik 23, menjadi 25.492 atau yang tertinggi sejak 24 Februari.
Sedangkan jumlah orang yang meninggal dilaporkan naik sebanyak 408 menjadi pada 91.170, atau angka kematian tertinggi ketujuh di dunia. Rata-rata tujuh hari untuk angka kematian adalah 267 orang.
Dengan 4,11 juta orang terinfeksi sejak dimulainya wabah, Prancis memiliki jumlah kasus tertinggi keenam di dunia.