Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Parlemen China Ubah Sistem Pemilu Hong Kong, Beijing Punya Hak Veto

Beijing juga dinilai bertindak tegas untuk merubuhkan pilar demokrasi Hong Kong setelah aksi protes besar-besaran yang mengguncang pusat keuangan itu pada tahun 2019.
Upacara memperingati 23 tahun kembalinya Hong Kong ke pemerintahan China pada 1 Juli 2020/Bloomberg
Upacara memperingati 23 tahun kembalinya Hong Kong ke pemerintahan China pada 1 Juli 2020/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Parlemen China hari ini memberikan suara mayoritas untuk perubahan sistem pemilihan umum di Hong Kong, termasuk rencana untuk memberikan hak veto bagi Beijing atas siapa yang akan dicalonkan dan dipilih untuk menjalankan pusat keuangan Asia tersebut.

Langkah tersebut menunjukkan bahwa para pemimpin China tengah bergerak menuju pemerintahan "patriotik" di wilayah bekas koloni Inggris itu. 

Beijing juga dinilai bertindak tegas untuk merubuhkan pilar demokrasi Hong Kong setelah aksi protes besar-besaran dan terkadang dengan kekerasan yang mengguncang pusat keuangan itu pada tahun 2019.

Pada pertemuan Kongres Rakyat Nasional tahun lalu, pimpinan Partai Komunis memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang menyeluruh di pusat keuangan itu. Akibatnya, puluhan tokoh dipenjara meski sebelumnya aturan "satu negara, dua sistem" telah membuat demokrasi  berkembang di Hong Kong.

Hanya satu anggota Kongres Rakyat Nasional yang abstain dalam pemungutan suara, yang menurut para kritikus keputusan itu akan menjadi salah satu paku terakhir dalam peti mati gerakan demokrasi Hong Kong.

Keputusan itu bertujuan untuk menempatkan kekuatan pemerintahan kota "dengan tegas di tangan kekuatan patriotik dan cinta Hong Kong", menurut juru bicara parlemen Wang Chen seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (11/3/2021).

Meskipun bentuk pasti dari perubahan terbaru itu belum jelas dalam sistem politik China, namun pemilu akan ditandai dengan "sistem pemeriksaan kualifikasi" yang ditentukan Beijing.

Komisi pemilu yang dikendalikan Beijing di kota itu juga akan ditugaskan untuk "memilih sebagian besar anggota Dewan Legislatif," katanya merujuk pada majelis LegCo.

Langkah tersebut merupakan "kemunduran" bagi kemajuan Hong Kong dalam pembangunan demokrasi sejak 1997, kata Bernard Chan, penasihat utama pemimpin Hong Kong, Carrie Lam.

"Selama 23 tahun terakhir, kami jelas tidak melakukan pekerjaan yang baik untuk menunjukkan kepada pemerintah pusat bahwa apa yang disebut reformasi politik ini sebenarnya membantu 'Satu Negara, Dua Sistem'," kata Chan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper