Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kudeta Myanmar, Unjuk Rasa Masyarakat Kembali Berlanjut

Aksi unjuk rasa di Myanmar kembali berlanjut pada Minggu (7/3/2021) dan Lebih dari 1.700 orang telah ditangkap oleh militer negara tersebut.
Pengunjuk rasa saat melakukan aksinya di Yangon, Myanmar, 10 Februari 2021./Bloomberg/AFP/Getty Images-Sai Aung Main
Pengunjuk rasa saat melakukan aksinya di Yangon, Myanmar, 10 Februari 2021./Bloomberg/AFP/Getty Images-Sai Aung Main

Bisnis.com, JAKARTA – Puluhan ribu aktivis pro demokrasi kembali turun ke jalanan di Myanmar pada Minggu (7/3/2021). Aksi itu dilakukan setelah penggerebekan militer pada malam harinya.

Dilansir dari Channel News Asia, Minggu (7/3/2021), polisi menembaki pengunjuk rasa di Yangon dengan gas air mata dan granat setrum di Kota Lashio di utara negara bagian Shan. Tindakan itu dilakukan untuk membubarkan aksi protes di ikon bersejarah Kuil Bagan.

Kendati unjuk rasa di pusat kota berlangsung intens, pengunjuk rasa di kota terbesar kedua Myanmar, Mandalay, melakukan aksi protes dengan duduk berdiam diri di jalanan. Hal ini dilakukan guna menunjukkan penghormatan bagi jiwa-jiwa yang gugur dalam aksi protes.

Lebih dari 1.700 orang telah ditangkap, merujuk pada data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP). Bahkan, para pasukan keamanan masuk ke hunian warga untuk menangkapi para demonstran hingga menembaki rumah.

"Para tahanan ditinju dan ditendang dengan sepatu boot milter, dihajar dengan dengan tongkat polisi, dan kemudian diseret ke dalam kendaraan polisi," kata AAPP dalam sebuah pernyataan.

Berdasarkan laporan PBB, pasukan pengaman militer Myanmar telah menghilangkan nyawa 50 orang sejak kudeta militer pada 1 Februari.

"Mereka membunuh orang seperti membunuh burung dan ayam. Apa yang akan kita lakukan jika kita tidak memberontak melawan mereka? Kita harus memberontak,” kata seorang pengunjuk rasa di Dawei.

Seperti diberitakan South China Morning Post pada Sabtu (6/3/2021), Dewan Keamanan PBB menyelenggarakan pertemuan khusus guna mengumpulkan suara untuk menindak junta militer Myanmar yang bertanggung jawab atas tewasnya puluhan warga sipil.

"Berapa banyak lagi [nyawa] yang kita biarkan lolos karena militer Myanmar?" kata Utusan Khusus Christine Schraner Burgener mengatakan pada pertemuan tertutup 15 anggota Dewan Keamanan PBB pada Jumat.

Dia menekankan pentingnya dewan ini tegas dan koheren dalam bersikap terhadap pasukan keamanan dan berdiri teguh dengan rakyat Myanmar untuk mendukung hasil pemilu November yang jelas.

Kendati demikian juru bicara junta belum memberikan tanggapan atas aksi tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper