Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Perubahan Iklim, Permukaan Air Laut di Jepang Capai Rekor Tertinggi

Melansir Perusahaan Penyiaran Jepang (Nippon Hoso Kyokai/NHK) pada Senin (1/3/2021), Badan Meteorologi Jepang menghitung angka tersebut setiap tahun berdasarkan data pasang surut yang teramati pada 16 lokasi di pantai dari Hokkaido hingga Kyushu.
Permukaan air laut Jepang/ilustrasi
Permukaan air laut Jepang/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Rata-rata ketinggian air laut di sepanjang pantai Jepang pada tahun 2020 mencapai rekor tertinggi, meningkat lebih dari 8 centimeter dibandingkan angka biasanya.

Melansir Perusahaan Penyiaran Jepang (Nippon Hoso Kyokai/NHK) pada Senin (1/3/2021), Badan Meteorologi Jepang menghitung angka tersebut setiap tahun berdasarkan data pasang surut yang teramati pada 16 lokasi di pantai dari Hokkaido hingga Kyushu.

Para pejabat badan itu mengatakan bahwa permukaan laut untuk 2020 adalah 8,7 sentimeter lebih tinggi dibandingkan rata-rata selama 30 tahun terakhir, dan tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1906.

Pejabat mengatakan bahwa permukaan laut berfluktuasi dengan siklus 10 hingga 20 tahun, dan terus mengalami tren meningkat sejak 1980. Mereka menyebut pemanasan global sebagai salah satu faktor penyebab peningkatan ini.

Para pejabat itu juga mengatakan bahwa arus Kuroshio mengalir lebih dekat ke lepas pantai tahun lalu, dan permukaan laut terdorong naik oleh air laut yang lebih hangat dan memiliki volume lebih besar.

Tren kenaikan di pesisir pantai Jepang ini diperkirakan akan terus berlanjut akibat perubahan iklim. Badan Meteorologi Jepang berencana terus memantau permukaan laut sebab tren meningkat yang berkelanjutan dapat memicu kerusakan yang lebih besar dibandingkan gelombang akibat badai.

Belum lama ini, tim dari Edinburgh and Leeds dan University Collage London mempublikasikan hasil penelitiannya lewat jurnal ilmiah internasional Ocean Science (OS) menunjukkan laju pencairan es di seluruh wilayah kutub dan pegunungan dunia telah meningkat tajam dalam tiga dekade terakhir.

Menggunakan data satelit, mereka menemukan bahwa Bumi kehilangan 28 triliun ton es antara 1994 hingga 2017. Laju kehilangan meningkat dari 0,8 triliun ton per tahun pada 1990-an menjadi 1,3 trilion ton per tahun pada 2017, dengan potensi konsekuensi bencana bagi orang yang tinggal di daerah pesisir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rezha Hadyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper