Bisnis.com, LONDON - Sebuah kabar baik terkait penanganan pasien Covid-19 disampaikan dari hasil penelitian di Universitas Oxford, Inggris, Selasa (9/2/2021) waktu setempat.
Hasil riset memberikan harapan bahwa obat asma biasa mampu mengurangi kebutuhan rawat inap serta waktu pemulihan pasien Covid-19.
Hal itu bisa terjadi jika obat asma biasa tersebut diberikan dalam waktu tujuh hari gejala muncul, menurut peneliti di Universitas Oxford, Selasa.
Temuan itu didapat menyusul riset tahap kedua steroid budesonide, yang dijual dengan nama Pumicort oleh AstraZeneca dan juga digunakan untuk mengobati paru-paru perokok.
Riset 28 hari terhadap 146 partisipan menunjukkan bahwa inhaler budesonide mengurangi risiko perawatan darurat atau rawat inap hingga 90 persen jika dibanding dengan perawatan biasa, menurut Universitas Oxford.
Para peneliti mengaku uji coba tersebut terinspirasi fakta bahwa pasien dengan penyakit pernapasan kronis, yang sering diresepkan steroid hirup, secara signifikan kurang terwakili di antara pasien Covid-19 rawat inap selama hari-hari awal pandemi.
Baca Juga
Data awal dari riset tersebut juga mendapati bahwa partisipan yang diobati dengan budesonide memiliki resolusi demam yang lebih cepat dan gejala persisten yang lebih sedikit.
"Saya berbesar hati bahwa obat yang relatif aman, sangat terjangkau dan diteliti dengan baik ... dapat memiliki dampak pada tekanan yang kita alami selama pandemi," kata kepala riset Mona Bafadhel seperti dikutip Antara dari Reuters, Rabu (10/2/2021).
Pulmicort pernah menjadi obat sangat laris untuk produsen vaksin Covid-19 AstraZeneca, yang kini menawarkan obat lebih baru, Symbicort, sebagai obat alternatif untuk asma.
Hasil riset Universitas Oxford belum diterbitkan di jurnal tinjauan sejawat.