Bisnis.com, JAKARTA - Beredar foto yang memperlihatkan kondisi kantor Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) ambruk akibat gempa bumi yang terjadi pada Jumat (15/1/2021) dini hari di Majene.
Gempa bumi tersebut memiliki getaran kekuatan magnitudo 6,2 sehingga meluluhlantakkan bangunan di kawasan Majene, Sulawesi Barat. Salah satunya kantor Gubernur Sulbar. Foto rubuhnya kantor Gubernur Sulbar pun menjadi trending atau populer di lini masa Twitter.
Netizen atau warganet membagikan foto perbandingan kantor Gubernur Sulbar saat masih tegak berdiri dan ketika sudah rubuh akibat gempa bumi. Selain kantor Gubernur Sulbar, gempa di Majene juga berimbas pada jatuhan batu yang menutupi jalan.
all prayers for my province#gempamajene pic.twitter.com/o4WPhpsVxl
— Dhy ? Ahgadirectioners ?? (@DWIHARYANIII) January 15, 2021
Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa yang terjadi di wilayah Sulbar terjadi pukul 01:28:17 WIB. Lokasi pusat gempa terletak di darat pada koordinat 2,98°LS (Lintang Selatan) dan 118,94°BT (Bujur Timur) pada kedalaman 10 km. Dengan lokasi berjarak sekitar 35 km selatan Kota Mamuju dan berjarak sekitar 62,2 km utara Kota Majene.
Kejadian gempa bumi ini diperkirakan diawali dengan gempa bumi pembuka (foreshock) yang terjadi sebelumnya pada Kamis (14/12021), pukul 13:35:49 WIB, dengan magnitudo 5,9.
Wilayah yang terletak dekat dengan sumber gempa bumi adalah Kabupaten Majene dan sekitarnya Provinsi Sulawesi Barat.
Baca Juga
Wilayah ini tersusun oleh batuan berumur pra tersier, yang terdiri dari batuan metamorf, meta sedimen. Sementara, Tersier terdiri dari batuan sedimen, batugamping, gunungapi serta endapan kuarter, yang terdiri dari endapan pantai dan aluvial.
Sebagian batuan berumur pra tersier dan tersier telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter dan batuan berumur pra tersier dan tersier yang telah mengalami pelapukan tersebut bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak, dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.
Selain itu, morfologi terjal yang tertutup oleh batuan berumur pra tersier dan tersier yang telah mengalami pelapukan akan berpotensi terjadi gerakan tanah/ longsoran apabila dipicu guncangan gempabumi kuat di daerah ini.
Sementara berdasarkan lokasi gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman. Maka, kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa bumi berupa sesar naik (dengan kedudukan N 28°E, dip 21° dan rake 104° atau kedudukan N 351°E, dip 16° dan slip 94°).
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa sesar naik ini tergolong sudut landai dan blok bagian timur relatif bergerak naik terhadap blok bagian barat bidang sesar. Jalur sesar naik ini berasosiasi dengan lipatan yang banyak terdapat di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat.
Jalur sesar naik ini diperkirakan menerus ke arah darat. Menurut data Badan Geologi, gempa bumi akibat sesar naik di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat pernah memicu terjadinya tsunami pada tahun 1928, 1967, 1969, dan 1984. Meski demikian, kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat.