Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Terancam Pidana Imbas Temuan 25 Kasus Terorisme Domestik ke Gedung Parlemen

Senator dari Partai Republik AS pada Minggu meminta Trump untuk mengundurkan diri. Dia mengatakan presiden yang akan habis masa jabatan itu terancam menghadapi kasus pidana setelah penyerbuan gedung Capitol oleh para pendukungnya.
Donald Trump saat kampanye di dekat Gedung Putih, 6 Januari/EPA/Bloomberg-Shawn Thew
Donald Trump saat kampanye di dekat Gedung Putih, 6 Januari/EPA/Bloomberg-Shawn Thew

Bisnis.com, JAKARTA - Setidaknya 25 kasus terorisme domestik tercatat di AS sebagai akibat dari serangan pendemo ke gedung parlemen (Capitol) pada Rabu lalu oleh pendukung Presiden Donald Trump, kata Menteri Angkatan Darat AS, Ryan McCarthy.

Departemen Kehakiman juga menyatakan dua orang lagi ditangkap sehubungan dengan kerusuhan pada Rabu.

Jason Crow, anggota DPR Komisi Angkatan Bersenjata, mengatakan bahwa McCarthy mengaku kepadanya bahwa Pentagon mengetahui "kemungkinan ancaman lebih lanjut yang ditimbulkan oleh calon teroris" pada hari-hari hingga pelantikan Presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe, Joe Biden pada 20 Januari.

"Senjata laras panjang, bom molotov, alat peledak, dan tali ditemukan, yang menunjukkan bencana yang lebih besar dapat dicegah," kata Crow, mantan anggota pasukan Angkatan Darat dalam ringkasan pembicaraannya dengan McCarthy.

McCarthy meyakinkannya bahwa Pentagon sedang bekerja dengan penegak hukum lokal dan federal untuk mengkoordinasikan persiapan keamanan setelah apa yang dia gambarkan sebagai "pelaporan ancaman penegakan hukum yang tidak memadai" menjelang Rabu lalu.

Senator dari Partai Republik AS pada Minggu meminta Trump untuk mengundurkan diri. Dia mengatakan presiden yang akan habis masa jabatan itu terancam menghadapi kasus pidana setelah penyerbuan gedung Capitol oleh para pendukungnya tak lama setelah dia secara tidak berdasar menantang hasil pemilu 3 November dan mendesak mereka untuk "berperang".

Lima orang tewas dalam serangan itu, termasuk seorang petugas polisi. Seorang petugas polisi lannya yang menghadapi serangan itu kemudian meninggal saat tidak bertugas, tetapi penyebabnya belum dirilis secara resmi.

Crow mengatakan dia menyuarakan keprihatinan besar tentang laporan bahwa anggota militer aktif dan cadangan terlibat dalam serangan itu. Karena itu dia mendesak McCarthy untuk mempercepat penyelidikan dan pengadilan militer dan memastikan tidak ada pasukan yang akan dikerahkan pada 20 Januari yang bersimpati kepada militan domestik.

McCarthy pun setuju untuk mengambil "tindakan tambahan", kata Crow seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (11/1/2021).

Secara terpisah, Departemen Kehakiman menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Larry Rendell Brock, asal dari Texas, ditangkap pada Minggu dan didakwa dengan satu dakwaan masuk dengan kekerasan dan perilaku tidak tertib di gedung Capitol.

Pemerintah menuduh Brock diidentifikasi sebagai salah satu individu yang digambarkan memegang peralatan yang digunakan oleh penegak hukum untuk menahan pelaku kejahatan. Eric Gavelek Munchel, dari Tennessee, juga didakwa dengan kekerasan masuk dan perilaku tidak tertib di gedung Capitol.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Sumber : ChannelNewsAsia.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper