Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Xi Jinping: Tentara China Harus Siap Perang

Xi Jinping yang juga merupakan Ketua Pusat Komisi Militer (CMC) mengatakan pentingnya meningkatkan penggunaan teknologi dan pengetahuan hi-tech dalam latihan militer Tentara Pembebasan Rakyat.
Presiden China Xi Jinping/Reuters
Presiden China Xi Jinping/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden China Xi Jinping menginstruksikan pasukan tentaranya agar siap bertempur dalam setiap waktu pada pidato pertamanya pada 2021.

Hal ini diungkapkan saat pelatihan militer yang dilakukan pada Senin (4/1/2021). Xi yang juga merupakan Ketua Pusat Komisi Militer (CMC) mengatakan pentingnya meningkatkan penggunaan teknologi dan pengetahuan hi-tech dalam latihan militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

“[PLA harus] meningkatkan integrasi alat baru. Pasukan baru, dan alam tempur baru ke dalam sistem pelatihan dan pertempuran,” katanya seperti dikutip dari South China Morning Post, Selasa (5/1/2021).

Pidato ini kontradiktif dengan instruksi pada 2020, di mana perjuangan militer garis depan bertugas untuk mengelola krisiz dan mencegah peperangan.

Perlu diketahui, PLA telah mengadopsi penggunaan simulator dalam penggunaan alat perang dengan menghubungkannya secara online sehingga latihan bisa menjadi lebih nyata.

Tahun 2020 menjadi tahun terburuk bagi China dalam menghadapi konflik dengan India. Lebih dari 20 tentara India tewas di perbatasan Himalaya.

PLA juga meningkatkan pelatihan terbang dengan menargetkan Taiwan. Pada saat yang sama, angkatan lautnya juga terus menantang AS di Laut China Selatan sehingga membuat ketegangan antara Beijing dan Washington mencapai level baru.

Pengamat militer Hong Kong Song Zhongping mengatakan pidato tahun baru Xi memperlihatkan bahwa dia menginginkan perbaikan kapabilitas dalam memenangi perang.

“China memang menghadapi risiko perang yang besar, yang telah tersirat secara serius dalam perintah ini,” kata Song.

Sementara itu, ketegangan AS - China terus berlanjut seiring dengan tudingan Departemen Luar Negeri AS yang mengatakan China telah melanggar hukum internasional sehingga mengganggu perdamaian dunia.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan sebaliknya. Dia menyalahkan AS yang justru mengejar unilateralisme, merusak kerja sama multilateral, secara sembarangan menarik diri dari perjanjian, dan secara sewenang-wenang mengancam pemberian sanksi.

“Sampai saat ini, dia telah menarik diri dari 10 lebih perjanjian dan organisasi internasional… Melihat yang telah dilakukan, bagaimana bisa AS menjadi pelindung perdamaian dan keamanan global?,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper