Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Ancam Turki atas Kerja Sama Militer dengan Rusia, Ini Responsnya

Turki menilai langkah AS dan sejumlah negara lainnya itu sebagai tindakan yang bertentangan dengan hak kedaulatan mereka.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlt avusoglu (kiri) berbincang dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam kunjungannya ke Indonesia, Selasa (22/12/2020)/Dok.-Kemenlu.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlt avusoglu (kiri) berbincang dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam kunjungannya ke Indonesia, Selasa (22/12/2020)/Dok.-Kemenlu.

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri luar negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengecam ancaman sanksi lebih lanjut dari Amerika Serikat dan negara Barat terhadap Ankara atas kerja sama militernya dengan Rusia.

Turki menilai langkah AS dan sejumlah negara lainnya itu sebagai tindakan yang bertentangan dengan hak kedaulatan mereka.

Pernyataan itu disampaikan Cavusoglu saat bertemu dengan mitranya dari Rusia, Sergei Lavrov. Kedunya bersumpah untuk terus maju dengan memperkuat hubungan militer antara kedua negara seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (30/12/2020).

Kedua pejabat tinggi itu bertemu di kota resor Rusia Sochi untuk membahas masalah regional dan internasional menjelang pertemuan yang direncanakan antara presiden Vladimir Putin dan Recep Tayyip Erdogan di bawah Dewan Kerja Sama Rusia-Turki.

Sejumlah masalah bilateral yang dibahas termasuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir dan pengembangan lebih lanjut pipa gas TurkStream.

Kerja sama militer dengan Ankara itu juga dipuji oleh Moskow meskipun ada sanksi dari AS di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA). Undang-undang tahun 2017 yang melarang ekspor industri pertahanan Rusia serta sanksi atas pembelian senjata oleh Turki dinilai sebagai upaya untuk mempromosikan kepentingan industri AS dengan bantuan metode yang tidak adil.

Turki dan Rusia menghadapi sanksi negara Barat karena menggunakan kedaulatan mereka. “Itu (sanksi terhadap industri pertahanan Turki) bertentangan dengan hak kedaulatan kami. Kami tidak akan menyerah pada niat kami,” kata Cavusoglu.

Hubungan militer yang meningkat antara Turki dan Rusia bertentangan dengan keinginan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan berisiko menyebabkan keretakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan aliansi tersebut.

Namun, Cavusoglu menunjukkan bahwa kemitraan antara Turki dan Rusia tidak akan mengganggu aliansi NATO. Baik Washington maupun NATO prihatin bahwa aktivasi sistem pertahanan Rusia oleh Turki dapat memberikan Kremlin pandangan orang dalam pada kemampuan pertahanan aliansi di kawasan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper