Bisnis.com, JAKARTA — Peluang Donald Trump dan sekutunya dari Partai Republik untuk membatalkan hasil pemilu Amerika Serikat kian lenyap akibat gugatan kecurangan pemilu yang tak terbukti dan penghitungan ulang suara berulang kali gagal untuk mengurangi kemenangan penantang Joe Biden dari Partai Demokrat.
Setelah sejumlah negara bagian mengesahkan hasil pemilihan, Trump masih berupaya memengaruhi mereka untuk mengabaikan undang-undang negara bagian basis pemilih Partai Republik untuk mendukung penghitungan ulang suara elektoral (electoral college).
Impian Trump untuk membalikkan hasil pemilu telah menyempit secara signifikan setelah hasil sertifikasi di Georgia dan wilayah terbesar Arizona, yang mendukung Biden selesai Jumat lalu.
Gugatan Trump berantakan ketika hakim di seluruh negara bagian menghentikan gugatan hukum yang menyerukan kecurangan dalam pemilihan umum. Menurut para ahli dan pejabat publik tidak ada bukti kecurangan yang meluas.
Tiga negara bagian lain, Michigan, Nevada, dan Pennsylvania, akan bergabung dengan Georgia dalam mensertifikasi hasil pemilihan umum pekan ini seperti dikutip TheGuardian.com, Minggu (22/11/2020).
Dihadapkan pada kenyataan seperti itu, upaya Trump hanya bisa membujuk politisi Republik di beberapa negara bagian untuk mengabaikan putusan suara populer konsentrasi pada suara elektoral meski hal itu sulit dilakukan. Electoral college merupakan badan yang benar-benar berisi para electoral (pemilih) penentu presiden baru.
Sidney Powell, salah satu pengacara Trump, mengatakan kepada Fox Business Network bahwa pembuat undang-undang harus memastikan bahwa para elector memilih Trump.
Trump tidak saja kehilangan dukungan di dalam negeri, tetapi sejumlah negara lain telah memberikan ucapan selamat kepada Presiden terpilih Joe Biden, yang akan diangkat sumpah pada 20 Januari tahun depan sesuai dengan konstitusi AS.