Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pentingnya peran Asean dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Menurutnya, sangat normal di tengah rivalitas dua kekuatan besar dunia, masing-masing ingin menarik Asean untuk berpihak.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi menilai Asean harus solid, menjaga keseimbangan, dan konsistem menyampaikan pesan untuk memperkokoh kerja sama yang saling menguntungkan menghormati Treaty of Amity and Cooperation, serta pentingnya menghormati hukum internasional termasuk diantaranya UNCLOS 1982.
"Dengan soliditas dan komitmen kuat untuk memajukan kerja sama inklusif maka Asean tidak akan terjebak di antara rivalitas tersebut dan Asean akan dapat memainkan peran sentralnya dalam pengembangan kerja sama kawasan. Tentunya hal ini bukan merupakan hal mudah. Tapi saya yakin, dengan soliditas dan komitmen kuat kita akan dapat menjalankannya," kata Jokowi, Presiden saat menyampaikan pidato pada KTT Pleno ke-37 Asean dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/11/2020).
Sebelumnya, Laut China Selatan menjadi satu topik dalam pertemuan Presiden Jokowi dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga. Seperti diketahui gejolak di perairan tersebut meningkat seiring dengan meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat.
Seperti diketahui, Laut China Selatan menjadi perairan rawan konflik terutama setelah China mengklaim sepihak sebagian besar wilayah. Klaim itu bertabrakan dengan wilayah kedaulatan sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, bahkan Taiwan.
Sementara itu, Indonesia hingga saat ini tidak pernah menempatkan diri sebagai negara yang turut bersengketa dalam perebutan wilayah di Laut China Selatan. Namun, Indonesia berulang kali menegaskan kepada seluruh pihak untuk menghormati Konvensi Hukum Kelautan PBB (UNCLOS) 1982.
Baca Juga
Adapun pada Juli lalu, untuk pertama kalinya AS secara eksplisit menolak klaim maritim China yang luas di wilayah tersebut. Hal itu disusul dengan mengirim kapal induk ke perairan untuk melakukan latihan militer.
Kemudian China, pada September 2020 menembak rudal ke Laut China Selatan. Hal ini menjadi indikasi meningkatnya ketegangan konflik bersenjata di wilayah tersebut. Rudal ini dilepas usai AS diketahui mengerahkan pesawat mata-mata di perairan tersebut.