Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo membahas ketersediaan dan produksi vaksin Covid-19 di kawasan Asia Tenggara dalam Konfrensi Tingkat Tinggi ke-37 Asean, Kamis (12/11/2020).
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Bisnis, rangkaian KTT Asean yang berjumlah 17 sesi pertemuan ini dihadiri oleh 10 kepala negara/pemerintahan Aasean dan 8 kepala negara atau pemerintahan negara mitra Asean.
Utamanya para pemimpin kawasan akan membahas langkah bersama untuk mencegah dampak yang lebih luas dari pandemi Covid-19 dengan menekankan prioritas kerja sama di 2021, khususnya terkait keberadaan dan produksi vaksin bagi kawasan.
Melalui akun media sosial twitter @jokowi, Presiden menyatakan bahwa seharian ini akan menghadiri KTT Ke-37 Asean secara virtual dengan Vietnam sebagai tuan rumah.
"Rangkaian KTT membahas langkah bersama untuk mencegah dampak lebih luas pandemi ini bagi kawasan dengan menekankan prioritas kerja sama di 2021, khususnya terkait vaksin," ujar Jokowi, Kamis (12/11/2020).
Seharian ini, dari Istana Bogor, saya menghadiri KTT ke-37 ASEAN secara virtual dengan tuan rumah Vietnam.
— Joko Widodo (@jokowi) November 12, 2020
Rangkaian KTT membahas langkah bersama untuk mencegah dampak lebih luas pandemi ini bagi kawasan dengan menekankan prioritas kerja sama di 2021, khususnya terkait vaksin. pic.twitter.com/xZT6lWbAlJ
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan salah satu inisiatif yang diusung oleh Indonesia pada KTT ini adalah upaya membangun komitmen bersama Asean untuk segera membuka kembali konektivitas dan memulihkan kegiatan ekonomi melalui Asean Travel Corridor Arrangement (TCA).
Hal tersebut diharapkan mempermudah akses perjalanan bagi para pebisnis di negara-negara Asean dalam situasi kenormalan baru dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
"KTT ini penting untuk satukan langkah dan memperoleh komitmen ke depan para pemimpin negara mitra Asean untuk mengatasi pandemi secara lebih terstruktur, sesuai tenggat waktu yang dibutuhkan agar tidak semakin menunda dampak dari pandemi yang semakin kompleks bagi situasi dunia dan kawasan," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, mengutip keterangan resmi, Kamis (12/10/2020).
Lebih lanjut, dia menyatakan rangkaian KTT utamanya akan membahas langkah bersama untuk mencegah dampak yang lebih luas dari pandemi ini bagi kawasan dengan menekankan prioritas kerja sama di 2021, khususnya terkait keberadaan dan produksi vaksin bagi kawasan.
KTT juga akan membahas prioritas pengembangan ekonomi di kawasan dengan mitra untuk menangani dampak ekonomi dan sosial akibat Covid-19.
Sementara itu, diberitakan sebelumnya bahwa Indonesia memiliki kesempatan menjadi pusat produksi vaksin Covid-19 di kawasan Asia Tenggara.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melakukan pertemuan bilateral atas undangan Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada tanggal 9-10 Oktober 2020 di kota Tengchong, Yunnan.
Terkait dengan kerja sama alih teknologi vaksin, Menlu Wang Yi menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara dengan kapasitas produksi vaksin terkuat di Asia Tenggara sehingga bisa menjadi peluang bagi perusahaan Tiongkok.
“Kami akan mendukung perusahaan kami untuk meningkatkan kerja sama, khususnya berbagi teknologi dan pengalaman, supaya Indonesia bisa menjadi pusat produksi vaksin di kawasan Asia Tenggara,” katanya.
Adapun, saat ini PT Bio Farma (persero) tengah berkolaborasi dengan Universitas Padjadjaran terkait uji klinis vaksin asal perusahaan China, Sinovac. Uji klinis ini melibatkan 1.620 relawan.
Berdasarkan data per 6 November 2020, telah ada 1.620 relawan mendapatkan suntikan pertama, 1.603 sudah mendapatkan suntikan kedua dan 1.335 sudah masuk dalam tahap monitoring baik untuk immunogenicity, efikasi (khasiat) maupun keamanannya.
Juru bicara tim Uji Klinis Fase 3 Vaksin Covid-19 dr. Rodman Tarigan mengklaim sejauh ini, belum ada laporan mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius atau Serious Adverse Event (SAE) atau kejadian serius yang tidak diinginkan dari para relawan yang diduga berhubungan dengan vaksin atau kegiatan vaksinasi.
Sementara itu, Bio Farma mengklaim mampu memproduksi sekitar 16-17 juta dosis vaksin Covid-19 milik Sinovac. Secara total, perusahaan pelat merah ini memiliki kapasitas untuk memproduksi 250 juta dosis vaksin per tahun.
Bio Farma akan memulai produksi vaksin tersebut secara bertahap jika sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Izin tersebut akan diberikan dengan mempertimbangkan hasil uji klinis.